Minggu, 26 November 2023

Dalil Haramnya Buang Hajat Menghadap Kiblat atau Membelakanginya

*_Al I'lam bi Ahaditsi al Ahkam_ (37)*

Dalil Haramnya Buang Hajat Menghadap Kiblat atau Membelakanginya Tanpa _Satir_ di Tempat Selain yang Dijadikan untuk Buang Hajat


عن أبي أيوب رضي الله عنه قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: إِذَا أَتَيتُمُ الغَائِطَ فَلا تَستَقبِلُوا القِبلَةَ بِغَائِطٍ وَلا تَستَدبِرُوها وَلكِن شَرِّقُوا أَو غَرِّبُوا. رواه الشيخان

Dari Abu Ayub -semoga Allah meridlainya- beliau berkata: "Rasulullah _shallallahu 'alayhi wasallam_ bersabda : "Jika kalian datang ke tempat buang hajat maka jangan menghadap kiblat (ketika kencing atau buang air besar) juga jangan membelakangi kiblat, akan tetapi menghadaplah ke timur atau barat." (H.R. Al Bukhari dan Muslim)


Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah buang hajat di rumah Hafshah dengan menghadap ke arah Syam dan membelakangi Ka'bah.


Diriwayatkan oleh ibnu Hibban bahwasanya Rasulullah buang hajat menghadap Ka'bah.

Maka para ulama mengompromikan hadits-hadits ini dengan mengambil pendapat al Imam asy-Syafi'i bahwasanya:
1. Kabar yang pertama haram menghadap ke kiblat atau membelakanginya ketika di selain bangunan, karena luasnya membuat tidak sulit untuk menghindari menghadap kiblat atau membelakanginya. Adapun di bangunan, disunnahkan untuk menghindari hal tersebut dan boleh melakukannya seperti yang dilakukan oleh Nabi. Nabi melakukannya untuk menjelaskan kebolehannya. Akan tetapi bagi kita (umat Nabi), yang lebih utama adalah menghindarinya (tidak menghadap kiblat atau membelakanginya di bangunan).

2. Yang kedua (buang hajat menghadap kiblat atau membelakanginya) jika pada kondisi tertutupi dengan _satir_ dengan tinggi dua pertiga _dzira'_ dan jarak antara dia dan _satir_ tiga _dzira'_ atau kurang. Maka tempat yang pertama (haram mengahadap kiblat atau membelakanginya) jika tidak ada _satir_. Semua perincian ini berlaku jika tidak pada tempat yang memang dibuat untuk buang hajat. Adapun di tempat yang memang dibuat untuk buang hajat maka tidak haram, tidak makruh juga tidak _khilaful aula_ (buang hajat dengan menghadap kiblat atau membelakanginya).


_Khithab_ dalam hadits tersebut adalah untuk penduduk Madinah dan yang semakna dengan mereka seperti penduduk Syam, Yaman dan lainnya yang kiblatnya searah dengan mereka. Adapun orang yang kiblatnya di arah timur dan barat maka buang hajat ke arah kiri atau kanan (utara atau selatan).


Dalam madzhab kita, jika seseorang sudah menghindari menghadap kiblat dan membelakanginya ketika buang hajat, kemudian ditengah-tengah istinja' menghadap ke kiblat atau membelakanginya maka itu hukumnya boleh tanpa ada kemakruhan, seperti yang dituturkan oleh al Imam ar-Ruyyani, bahwa itu adalah benar. Juga tidak makruh ketika buang angin atau jima' menghadap kiblat atau membelakanginya.

0 komentar:

Posting Komentar