This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 31 Desember 2019

NABI MUHAMMAD BUKAN DICIPTAKAN DARI CAHAYA DAN BUKAN MAKHLUK PERTAMA

((((MATERI RUDUD))))
NABI MUHAMMAD BUKAN DICIPTAKAN DARI CAHAYA
DAN
BUKAN MAKHLUK PERTAMA

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk tanpa membutuhkan bantuan dari yang lain dan tidak disifati dengan letih.

Dan makhluk yang pertama diciptakan Allah adalah sejenis makhluk bernama air (al-maa’), namun ia bukanlah air yang selalu kita dapati di sekitar kita, kemudian yang kedua ‘Arsy.
Dan dengan adanya air maka ketika itulah adanya tempat dan waktu, namun sebelumnya, maka belum ada tempat dan juga belum ada waktu.

Allah berfirman:
وجعلنا من الماء كل شىء حي
Maknanya: “Dan Aku ciptakan semua yang hidup dari air” (Surat Al-Anbiyaa : 30)

Pada suatu hari sekelompok shahabat datang dari daerah Yaman menemui Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam dengan tujuan ingin mendalami ilmu agama kepada Rasulullah.
Mereka kemudian mengatakan kepada beliau: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mendatangi anda adalah untuk mendalami ilmu agama, maka tolong terangkan kepada kami makhluk apakah yang pertama kali diciptakan oleh Allah?”.
Maka Rasulullallah shallallahu ‘alahi wasallam kemudian bersabda:
كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَىءٌ غَيْرُهُ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ
Maknanya: “Allah adalah Dzat yang Azali (ada tanpa memiliki permulaan) dan tidak ada selain Allah yang azali, dan makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah air (sejenis makhluk namanya air), kemudian setelahnya ‘Arsy diciptakan dari air tersebut” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, al-Baihaqqi dan Ibnu al-Jarud).

Sebelum menjawab pertanyaan mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada mereka hal yang lebih penting lagi, yaitu Tentang tauhid.
Beliau menjelaskan bahwa Allah subahanahu wa ta’ala ada tanpa memiliki permulaan (Azali), berbeda dengan makhluk yang pada mulanya tidak ada kemudian menjadi ada (baharu/Hadits).
Hanya Allah sajalah yang Azali, dan semua selain Allah adalah hadits (memiliki permulaan).
Sebelum makhluk ada... Allah ada tanpa makhluk... tanpa ‘Arsy.., tanpa langit,.. tanpa surga dan tanpa satupun dari makhluk, maka demikian jugalah setelah makhluk ada, Allah tetap ada tanpa butuh kepada makhluk.....
sebelum adanya tempat tidak dikatakan dimana Allah...maka setelah diciptakannya tempat..tetap tidak dikatakan dimana Allah...karena yang ditanya dengan dimana itu adalah makhluk...
Barulah kemudian Rasulullah menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa makhluk pertama adalah sejenis makhluk bernama air, Kemudian yang kedua adalah ‘Arsy yang diciptakan dari air tersebut.

Keduanya adalah makhluk pertama dari jenis makhluk yang dapat dirasakan oleh panca indra....sedangkan makhluk pertama dari jenis yang tidak dirasakan oleh panca indra (ghairu mahsus) adalah waktu dan tempat

Jadi air tersebut diciptakan oleh Allah tanpa memiliki asal sebelumnya,... dan hal ini bukan suatu hal yang mustahil bagi Allah, barulah kemudian semua benda katsif (benda yang dapat disentuh dengan tangan) diciptakan berasal dari air tersebut.

Allah berfirman
وكان عرشه على الماء
Maknanya: “Dan ‘Arsy dicipatakan Allah dari Air” (surat Huud : 7)

Al-imam ‘Abdurrazzaq dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan Makhluk yang pertama adalah air,... kemudian ‘Arsy.

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menyatakan bahwa makhluk pertama adalah air tersebut.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka teranglah bagi kita kesalahan fatwa yang mengatakan bahwa nur muhammad adalah makhluk pertama.

Meskipun kemudian mereka beralasan dengan hadits Jabir yang disitu dikatakan:
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ خَلَقَهُ مِنْ نُوْرِهِ قَبْلَ الأَشْيَاءِ
Dalam kalimat yang mereka tulis ini tertulis kata-kata: “makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah nur Nabimu wahai jabir, nur itu diciptakan dari nurnya sebelum segala sesuatu”.

Maka sesungguhnya hadits ini merupakan hadits yang maudlu’ (palsu), dan hadits palsu tidak bisa dijadikan dalil dalam masalah aqidah dan fiqih. Ia dihukumi maudlu’ dikarenakan hal berikut:

*****Pertama:
Hadits tersebut bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadits shahih serta Ijma’ yang dengan sangat jelas menyatakan bahwa makhluk pertama adalah air. Dan telah menjadi kaidah para ulama bahwasanya jika ada suatu riwayat hadits yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits shahih serta ijma’ kemudian riwayat tersebut tidak bisa ditakwil maka berarti ia adalah maudlu’ (palsu).

****Kedua:
Dalam hadits tersebut terdapat susunan kata yang rakik (saling bertentangan karena tidak sesuai dengan kaidah bahasa).
Pertentangan tersebut dapat dilihat pada penggalan pertama, dimana disitu mereka mengatakan bahwa makhluk pertama adalah nur Muhammad, sedangkan pada penggalan kedua mereka menyatakan bahwa nur Muhammad itu di ciptakan dari nur lain.
Jadi, berdasarkan penggalan kedua bukan nur Muhammad yang merupakan makhluk pertama, akan tetapi nur lain yang diciptakan darinya nur Muhammad. Bukankah hal ini sangat rancu?. padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mustahil berkata-kata dengan perkataan yang saling bertentangan, maka jelaslah bahwa hadits jabir ini bukanlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Jika kemudian sebagian orang berpendapat bahwa perkataan semacam ini telah menjadi hal yang selalu didengungkan di banyak pesantren di Indonesia ataupun luar negeri, maka kita katakan kepada mereka:
“sesungguhnya aturan agama bukan diambil dengan cara melihat banyaknya suara, juga bukan berasal dari akal-akalan, akan tetapi berdasarkan al-Qur’an dan hadits”.

Jika sudah jelas bahwa fatwa yang mengatakan bahwa nur Muhammad bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits yang shahih, apakah masih berani orang yang mengaku beriman pada Allah dan Rasulnya untuk tetap berpegang teguh dengan fatwa semacam ini?.hasbunallah.

Dan al-imam ‘Abdurrazzaq tidak pernah meriwayatkan hadits jabir ini di mushannaf yang beliau karang, silahkan mereka yang beranggapan bahwa beliau meriwayatkannya dalam mushannaf tersebut untuk membuktikan dengan kedua mata mereka sendiri, pasti tidak akan mereka temukan.
Bahkan al-imam ‘Abdurrazzaq dengan sangat jelas menyebutkan bahwa makhluk pertama adalah yang bernama air lalu ‘Arsy, sebagaimana beliau sebutkan dalam kitab tafsirnya.

Kalaupun ada segelintir orang yang dianggap ulama kemudian meriwayatkan hadits ini, maka sesungguhnya mereka bukanlah seorang hafidh, bahkan mereka tidak mencapai derajat muhaddits.
Wahai saudaraku seiman seislam, letakkanlah aturan Islam di depan mata kita, agar senantiasa kita bisa menimbang setiap hal yang akan kita ucapkan, lakukan dan yakini. Hal ini semata-mata agar kita selamat dari kesesatan hingga maut menjelang, dan agar kita mendapatkan ridla Allah subhanahu wa ta’ala.

sumber : Guru Mulia
Aqidah Ahlussunnah wal jama'ah : ALLAH ADA TANPA TEMPAT

Rabu, 25 Desember 2019

Perhatikan Uang kertas kita, jangan sampai disimpan ditempat yang tidak layak

DOMPET YANG BERISI UANG KERTAS TIDAK BOLEH DITARUH DI SAKU CELANA BAGIAN BELAKANG

Allah berfirman:
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
"Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. al-Hajj:32)

Seseorang yang benar-benar takwa kepada Allah, yaitu orang yang mengharapkan ridha Allah dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di antara perintah Allah adalah mengagungkan syiar-syiar agama Allah. Dan di antara salah satu sekian banyak untuk mengagungkan syiar-syiar agama Allah adalah mengagungkan / memuliakan / menghormati lafazh-lafazh yang diagungkan di dalam agama Islam, seperti kata Allah, Abdullah, Tuhan, Bismillah, nama Nabi, nama malaikat dan semacamnya.

Dengan bahasa apapun, baik bahasa Arab, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris maupun bahasa yang lain yang menunjukkan nama-nama yang diagungkan tersebut harus diagungkan / dimuliakan / dihormati.

Di mana pun kata-kata yang diagungkan tersebut berada, baik di koran, surat undangan nikahan, maupun kertas biasa harus diagungkan, yaitu tidak boleh dibuang ke tempat sampah, diinjak ataupun perbuatan lain yang menunjukkan perendahan / penghinaan.

mengingat setiap uang kertas rupiah tertulis dengan huruf kecil "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BANK INDONESIA MENGELUARKAN UANG SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN NILAI ....." maka uang ini harus diagungkan / dimuliakan / dihormati, karena ada kata "TUHAN".

Oleh karena itu, dompet yang berisi uang kertas ini tidak boleh ditaruh di saku celana bagian belakang, karena secara tidak langsung dan tidak sadar telah melalaikan untuk mengagungkan / memuliakan / menghormati uang ini yang terdapat nama "TUHAN" dengan mendudukinya ketika duduk atau menindihnya ketika tidur.

solusinya yaitu menaruh dompet di saku celana bagian depan adalah lebih baik dan selamat.
semoga Allah memberikan taufiq dan inayah-Nya kepada kita semua sehingga Allah meridhai kita semua, aamiin.

SEBAB TURUNNYA SURAT AL-IKHLAS

📕📖📕📖📕

*SEBAB TURUNNYA SURAT AL-IKHLAS*

Sekelompok orang Yahudi berkata kepada Rasulullaah shallallaahu 'alayhi wasallam:

"صِفْ لَنَا رَبَّكَ"
"Sifatilah Tuhanmu kepada kami"
Pertanyaan orang-orang Yahudi ini adalah bentuk ta'annut, menolak dan melecehkan, bukan karena cinta pada ilmu, juga bukan dalam rangka mendapatkan petunjuk. Maka Allah menurunkan surat al-ikhlas:

( قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ)
[Surat Al-Ikhlas 1]

Maknanya:" Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa".(Q.S.al-Ikhlash:1)

Maksudnya adalah Dzat yang tidak menerima berbilang dan banyak. Allah tidak memiliki sekutu pada Dzat, sifat atau perbuatan-Nya. Tidak ada satu-pun yang memiliki sifat seperti sifat-sifat-Nya, sebaliknya Qudrah Allah Subhanallahu wata'ala adalah qudrah yang satu, yang dengannya Allah kuasa terhadap segala sesuatu, Ilmu Allah adalah satu, dengannya Allah mengetahui segala sesuatu.


Firman Allah Subhanahu wata'ala:
(ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ)
[Surat Al-Ikhlas 2]
Maknanya:"Allah adalah Tuhan yang dibutuhkan oleh segala sesuatu".(Q S.al-Ikhlash:2)

Maksudnya Dzat yang semua mahluk membutuhkan kepada-Nya, sedangkan Ia tidak membutuhkan terhadap segala sesuatu yang ada. Dzat yang dituju dalam kesulitan dengan segala macamnya. Allah tidak mengambil manfaat untuk Dzat-Nya dengan mahluk-Nya dan juga tidak menolak bahaya dari Dzat-Nya dengan mereka.


Firman Allah subhanahu wata'ala:
(لَمۡ یَلِدۡ وَلَمۡ یُولَدۡ)
[Surat Al-Ikhlas 3]
Maknanya;"Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan".(Q.S.al-Ikhlash:3)

Ayat ini adalah penafian terhadap almaddiyyah (asal dari mahluk) dan inhilal, yakni terpecah dari-Nya sesuatu atau Ia bertempat pada sesuatu.
Sedangkan perkataan yang ada dalam kitab Maulid al-'Arus bahwa Allah Subhananahu wata'ala menggenggam dari nur wajah-Nya, kemudian berkata kepadanya: "jadilah engkau Muhammad", maka ia menjadi Muhammad, ini adalah termasuk kebatilan yang disisipkan secara palsu. Hukum orang yang meyakini bahwa Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam merupakan bagian dari Allah subhanahu wata'ala adalah dikafirkan secara pasti. Demikian pula orang yang meyakini bahwa al-Masih adalah bagian dari Allah.
Kitab ini bukanlah karya Ibn al-Jawziyy rahimahullah dan tidak ada yang menisbatkan kitab tersebut kepada beliau kecuali seorang orientalis yang bernama BROCKELMANN.


Firman Allah subhanahu wata'ala:
(وَلَمۡ یَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ)
[Surat Al-Ikhlas 4]
Maknanya:"Dan tidak ada  seorangpun yang setara dengan Dia".(Q.S.al-Ikhlash:4)

Maksudnya tidak ada serupa bagi Allah, dari satu segi ataupun semua segi.

Belajar & Muroja'ah ikhlas karena Allaah📖
*Materi Kitab al Arba'in an Nawawiyah (Hadits 4-1)*
عَنْ أبي عبدِ الرحمن عبدِ الله بْنِ مسعود رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: حَدَّثَنَا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصّادقُ المصدوق: ”إنَّ أحدكم يجمعُ خلقهُ فِي بطنِ أمهِ أربعينَ يوما نطفة، ثُمَّ يكونُ علقة مثلَ ذلك، ثُمَّ يكونُ مضغة مثلَ ذلك، ثُمَّ يرسلُ الملكُ فينفخُ فِيْهِ الروح...
"Sungguh salah seorang diantara kalian dihimpun dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah juga seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging juga seperti itu, kemudian malaikat diutus dan meniup ruh padanya..."

*Penjelasan*
✅Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah as Shodiq al Mashduq artinya beliau adalah orang yang benar dan jujur dalam perkataannya dan orang yang dibenarkan dalam setiap yang dia sampaikan dalan masalah agama.
✅Hadits ini menjelaskan tentang proses penciptaan manusia.
✔️Manusia pertama nabi Adam diciptakan dari tanah. Allah berfirman menceritakan tentang Iblis yang membangkang terhadap perintah Allah untuk sujud hormat kepada nabi Adam:
(قَالَ أَنَا۠ خَیۡرࣱ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِی مِن نَّارࣲ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِینࣲ)
[Surat Shad 76]
"Iblis berkata: Aku lebih baik dari Adam, Engkau menciptakanku dari api dan menciptakan dia dari tanah".
✔️Selanjutnya manusia diciptakan dari saripati tanah dalam bentuk air mani. Allah ta'ala berfirman:
(فَلۡیَنظُرِ ٱلۡإِنسَـٰنُ مِمَّ خُلِقَ ۝ خُلِقَ مِن مَّاۤءࣲ دَافِقࣲ ۝ یَخۡرُجُ مِنۢ بَیۡنِ ٱلصُّلۡبِ وَٱلتَّرَاۤىِٕبِ)
[Surat Ath-Thariq 5 - 7]
✅Proses penciptaan manusia sebagai berikut:
1️⃣ 40 hari pertama, Allah mengumpulkan air mani yang jatuh pada rahim secara terpisah-pisah, dikumpulkan pada rahim, ditempat kelahiran.
2⃣40 hari kedua, Allah menjadikan air mani itu menjadi segumpal darah (Alaqoh).
3⃣40 hari ketiga, Allah menjadikan segumpal darah itu menjadi segumpal daging (mudlghoh).
4⃣Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh padanya.
✅ Setelah ditiupkan ruh pada bayi yang masih dalam rahim, maka status bayi itu seperti manusia yang hidup di atas bumi ini.
✔️Semua para ulama Mujtahid sepakat (berijma') bahwa menggugurkan kandungan setelah ini hukumnya haram, dan orang yang menghalalkanya jatuh pada kufur.
👆Bahkan dalam kondisi bahaya mengancam sang ibu karena kehamilan tersebut, tetap tidak diperbolehkan bagi ibu tersebut (demi keselamatan dirinya) membunuh bayi yang ada dalam kandungannya. Sang ibu harus bersabar, jika dia mati karenanya maka dia akan mati syahid.
👆Jika sang ibu menggugurkanya dengan minum pil tertentu maka dia berdosa besar (seperti dosa membunuh manusia yang hidup di atas bumi), dosa terbesar setelah syirik. Wajib bagi sang ibu tersebut membayar diyat dan kaffarah pembunuhan.
👆Jika dokter yang melakukan pengguguran tersebut dengan ridlo sang ibu maka keduanya sama-sama jatuh pada dosa besar. Tetapi dokterlah yang kena diyat dan kaffarah.
👆Suami yang ridlo terhadap pengguguran janin juga jatuh pada dosa besar.
✔️Adapun sebelum ditiupkan ruh pada bayi, maka para ulama berbeda pendapat, sebagian ulama mengharamkan dan sebagian membolehkannya, pendapat yang berhati-hati yang seyogyanya diikuti adalah pendapat yang mengharamkannya.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري

Selasa, 24 Desember 2019

Rukun Islam

*Materi Kitab al Arba'in an Nawawiyah (Hadits 3)*

عن أبي عبد الرحمن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ابن الخطاب رضي الله عنهما قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ الله وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
"Islam dibangun atas lima dasar: yaitu persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan." HR al Bukhori dan Muslim.

*Penjelasan*
✅ Hadits ini menjelaskan tentang rukun Islam; lima dasar agama Islam atau pondasi yang di atasnya Islam dibangun dan berdiri tegak.
✅Penjelasan tentang rukun Islam telah diuraikan pada penjelasan hadits kedua, karenanya pada hadits ini akan diuraikan penjelasan tentang keutamaan masing-masing rukun Islam.
1️⃣ Membaca dua kalimah syahadat
❤️Orang yang akhir perkataan dan keyakinannya adalah dua kalimah syahadat akan masuk surga. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
 "Barangsiapa yang akhir perkataannya Laa Ilaaha illaa Allah (wa muhammadur Rasulullah) maka ia akan masuk surga."HR Abu Dawud
❤️Orang yang membaca dua kalimah syahadat dan meyakini maknanya tidak akan abadi di neraka, sebanyak apapun dosa yang dilakukannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ
"Dan akan dikeluarkan dari neraka siapa yang mengatakan Laa ilaaha ilaa Allah (wa Muhammadur Rasulullah) dan dalam hatinya ada kebaikan sebesar biji sawi. HR al Bukhori
2⃣Mendirikan sholat
❤️Sholat adalah perbuatan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
 "Pada hari kiamat pertama kali yang akan Allah hisab atas amalan seorang hamba adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka ia akan beruntung dan selamat, jika shalatnya rusak maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika pada amalan fardlunya ada yang kurang maka Rabb 'azza wajalla berfirman: "Periksalah, apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?" lalu setiap amal akan diperlakukan seperti itu." HR at Tirmidzi.
❤️Orang yang mendirikan sholat lima waktu dengan sempurna maka dia dijanjikan akan masuk surga. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
 خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى الْعِبَادِ مَنْ أَتَى بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ
"Ada lima shalat yang diwajibkan oleh Allah tabaaraka wa ta'aala atas para hamba, barang siapa yang menunaikannya tanpa menyia-nyiakannya dengan mengganggap remeh kewajibannyaa maka Allah Tabaaaroka wa ta'aala berjanji akan memasukkannya ke dalam surga dan barang siapa yang tidak menunaikannya maka Allah tidak berjanji akan memasukkannya ke dalam surga, jika Allah berkehendak maka akan mengadzabnya dan jika berkehendak akan merahmatinya." HR Ahmad
3⃣Menunaikan zakat
❤️Zakat mensucikan diri dan harta manusia. Allah berfirman :
خُذ مِن أَموالِهِم صَدَقَةً تُطَهِّرُهُم وَتُزَكّيهِم بِها
" Ambillah zakat dari harta mereka, Zakat itu akan bisa mensucikan mereka"
4⃣Haji ke Baitullah
❤️Orang yang menjalankan haji dan memperoleh haji Mabrur maka akan masuk surga. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ
"Haji mabrur, tidak ada balasan baginya melainkan hanya syurga" HR Ahmad.
5⃣Puasa Ramadlan
❤️Orang yang berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan keikhlasan akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
 وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
 "Barangsiapa yang melaksanakan puasa Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya". HR al Bukhori dan Muslim.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري

Jumat, 20 Desember 2019

HUKUM SIWAK

_*Kajian Fiqh 3*_

HUKUM SIWAK

(فصل) والسواك مستحب في كل حال إلا بعد الزوال للصائم وهو في ثلاثة مواضع أشد استحبابا: عند تغير الفم من أزم وغيره وعند القيام من النوم وعند القيام إلى الصلاة.

Bersiwak (membersihkan gigi menggunakan kayu siwak atau sejenisnya) hukumnya adalah sunnah dalam setiap keadaan dan setiap waktu, kecuali setelah tergelincirnya matahari bagi orang yang melaksanakan puasa wajib maupun sunnah maka hukumnya adalah makruh (menurut al-Qodhi Abu Syuja'). Adapun menurut Imam Nawawi bersiwak bagi orang yang berpuasa hukumnya tidak makruh baik sebelum tergelincirnya matahari ataupun setelahnya (pendapat ini juga dikemukakan oleh seorang alim fikih abad 14 H yaitu Imam 'Abdullah al-Harary Rohimahullah) .
Bersiwak sangat disunnahkan dalam 3 keadaan yaitu :
(a) saat berubahnya bau mulut, warnanya atau rasanya yang disebabkan karena diam yang lama, atau meninggalkan makanan atau lainya seperti makan makanan yang baunya menyengat semisal bawang putih dan bawang bombai.
(b) setelah bangun tidur pada malam hari ataupun siang hari meskipun tidak berubah bau mulutnya seperti tidur dalam waktu yang singkat.
(c) hendak melaksanakan shalat fardhu ataupun sunnah , karena diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwasanya sholat 2 rekaat yang didahului dengan bersiwak lebih utama daripada 70 rekaat tanpa didahului dengan bersiwak.

* Diantara manfaat dari bersiwak adalah : membersihkan mulut , memutihkan gigi, menjadikan bau mulut terasa wangi, menguatkan gusi, membersihkan tenggorokan, menjadikan orang lebih fashih, meningkatkan kecerdasan, menghilangkan kelembaban, menajamkan penglihatan, menghambat tumbuhnya uban, menjadikan punggung tegap dan lurus, menjadikan musuh ketakutan, memberi asupan gizi bagi orang yang lapar, membuat setan menjadi marah, menjadikan seseorang ingat akan kalimat syahadat pada saat ajal menjemputnya, meningkatkan pahala dan memperoleh ridho dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

(Abu Abdillah Ibnu Zubaidy Al - Bathy)

Apakah Ikhsan itu

*Materi Kitab al Arba'in an Nawawiyah (Hadits 2-3)*
قال: فأخبرني عن الإحسان. قال: “أن تعبدَ الله كأنكَ تراه فإن لم تكن تراه فإنهُ يراك”
"...dia bertanya lagi, 'kabarkanlah kepadaku tentang Ihsan, Beliau menjawab: Ihsan adalah apabila kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya dan apabila kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.. [bersambung]"

*Penjelasan*
✅Setelah menjelaskan tentang rukun Islam dan Iman, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan tentang Ihsan.
✅Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihat Allah, atau dalam beribadah kita menghadirkan perasaan bahwa Allah melihat diri kita.
❤️Apabila dua hal di atas dilakukan maka hasilnya adalah:
1️⃣Seseorang akan beribadah dengan benar sesuai dengan aturan syariat Islam, karena ibadah yang dilakukan tanpa didasari dengan ilmu tidak diterima oleh Allah.
❤️Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan agama kita, maka amalan tersebut tertolak” HR. Muslim
💙Para ulama berkata:
وكل من بغير علم يعمل#اعماله مردودة لا تقبل
"Setiap orang yang beramal tanpa ilmu maka amalnya ditolak, tidak diterima".

2⃣Seseorang akan beribadah dengan penuh kekhusyu'an, yakni menghadirkan rasa takut dan pengagungan kepada Allah di sepanjang ibadah.
❤️Allah ta'ala berfirman:
(قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ۝  ٱلَّذِینَ هُمۡ فِی صَلَاتِهِمۡ خَـٰشِعُونَ)
[Surat Al-Mu'minun 1 - 2]

✅Hadits di atas tidak menunjukkan bahwa Allah bisa dilihat dengan mata di dunia.
✔️Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala di dunia. Pada malam mi'raj Rasulullah melihat Allah dengan hatinya.
❤️Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
واعلموا أنكم لن تروا ربكم حتى تموتوا
"Ketahuilah sesungguhnya kalian tidak akan melihat Tuhan kalian sampai kalian mati" HR al Bayhaqi.
✔️Di dalam surga orang yang beriman akan melihat Allah dengan mata, mereka ada di dalam surga tetapi Allah tetap seperti yang kita yakini di dunia, bukan jisim ada tanpa tempat dan arah, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di depan, belakang, atas, bawah, kanan dan kiri.
❤️Allah ta'ala berfirman :
(وُجُوهࣱ یَوۡمَىِٕذࣲ نَّاضِرَةٌ ۝  إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةࣱ)
[Surat Al-Qiyamah 22 - 23]
💙Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
 أَمَا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ
 "Ketahuilah, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian tidak berdesak-desakan dalam melihat-Nya" HR Muslim.
✅Al Ihsan adalah maqom dan derajat yang tertinggi dalam agama.
✔️Maqom ini bertingkat-tingkat. Orang yang memperoleh maqom Ihsan yang tertinggi setelah para nabi adalah Sayyidina Abi Bakr as Shiddiq Radliyallahu anhu.
👆Orang yang telah mencapai maqom ini hatinya selalu hudlur; senantiasa takut dan mengagungkan Allah di manapun dan kapanpun dia berada, karena dia selalu merasa bahwa Allah melihatnya.
👆Orang yang telah mencapai derajat Ihsan akan menemukan kelezatan dalam beribadah, sehingga dia senantiasa berlama-lama dalam ibadah. Sayyidina Utsman bahkan dalam satu rekaat mengkhatamkan al Qur'an.
والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري

Kamis, 19 Desember 2019

DALIL ALLAH WUJUD TANPA BERTEMPAT

8 DALIL ALLAH WUJUD TANPA BERTEMPAT* (jom hafal dan sebarkan للَّـه تعالى )

 الله موجود بلا مكان

1.) *Dalil Al-Quran*
قال الله تعالى: ليس كمثله شيء
(سورة الشورى، ١١)
Mafhumnya: Tidak ada sesuatupun yg menyamai Allah dari apa jua sudut sekalipun.
Rujukan - _*Surah Asshuraa : 11*_

2.) *Dalil hadith*

قال رسول الله: كان الله ولم يكن شيء غيره
(رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود)
Mafhumnya: Allah taala telah wujud pada azali dan tiada sesuatupun yg wujud selain Allah pada azaliy.
*_(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan al-Bayhaqi)_*

3.) Dalil *ijmak para ulama ahlul sunnah wal jamaah*

وأجمعوا على أنه لا يحويه مكان ولا يجري عليه زمان
(رواه أبو منصور البغدادي في الفرق بين الفرق)
Mafhumnya: Telah bersepakat para ulama Ahli Sunnah Wal Jamaah bahawa sesungguhnya Allah tidak diliputi oleh tempat dan juga tidak berlalu ke atasNya masa
*_(Dinukilkan oleh Abu Mansur Al-Baghdadi dlm kitabnya Al-Farqu baina Al-Firaq)_*

4.) *Dalil aqal*

كما صح في العقل وجود الله قبل خلق الأماكن والجهات بلا مكان ولا جهة وكذلك صح في العقل وجود الله بلا مكان ولا جهة بعد خلق الأماكن والجهات لأنه لا يتغير.
Sebagaimana sah pada akal kewujudan Allah sebelum penciptaan tempat-tempat dan arah-arah tanpa Bertempat dan tanpa Berarah,
Begitu juga sah pada akal kewujudan Allaah selepas penciptaan tempat-tempat dan arah-arah tanpa Bertempat dan tanpa Berarah
Kerana Allah tidak berubah.

5). Telah berkata *al-Imam Abu Jaafar At-Thohawi, (salah seorang ulama yang hidup pada kurun ke-3 terawal hijrah)* :

تَعَاْلَىْ - أي الله- عَنِ الْحُدُوْدِ وَالْغَاْيَاْتِ وَالْأَرْكَاْنِ وَالْأَعْضَاْءِ وَالْأَدَوَاْتِ لَاْ تَحْوِيْهِ الْجِهَاْتُ السِّتُّ كَسَاْئِرِ الْمُبْتَدَعَاْتِ
Terjemahannya: “Maha Suci Allah daripada mempunyai saiz/ukuran dan batas-batas akhir(penghujung) dan sisi-sisi dan anggota-anggota badan yang besar dan anggota-anggota badan yang kecil. Dan Allah tidak diliputi oleh arah yang enam sebagaimana makhluk ciptaanNya"

Rujukan - *_kitab Aqidah at-Tohawiyah karangan Imam Abu Ja'afar At-Thohawi, Dar al-Fikr,_*
*_-Kitab Syarh al-'Aqidah al-tahawiyyah karangan 'Allamah al-Faqih' Abdul-Ghani al-Ghanimi_*

*_~~~14 kurun kaum muslimin sama ada salaf  dan khalaf berpegang dengan aqidah yang satu iaitu bahawa Allah ta'ala tidak diliputi oleh suatu tempat dan tidak berlalu ke atas-Nya oleh suatu masa pun_*

6.) Telah berkata *Sahabat Imam Saiyidina Ali karramallahu wajhah(Kurun 1 Hijrah)* :

قال الإمام علي رضي الله عنه: كان الله ولا مكان وهو الآن على ما عليه كان
(رواه أبو منصور البغدادي)
Kata Imam Ali mafhumnya: Allah telah wujud pada azaliy tidak bertempat dan sekarang dia juga tidak bertempat sepertimana wujudnya pada azaliy.
_*(Diriwayatkan oleh Abu Mansur al-Baghdadi)*_

7.) *Al-Imam al-Mujtahid Abu Hanifah al-Nu`man ibn Thabit radiyaLlahu `anhu (w. 150 H)* berkata dalam kitabnya al-Fiqhul-absat :

 كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَا مَكَانَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أَيْنٌ وَلَا خَلْقٌ وَلَا شَيْءٌ وَهُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

Maksudnya: "Allah ta’ala itu ada azali, sedangkan tempat tidak ada  pun (masih belum wujud) sebelum Dia mencipta makhluk. Dan Allah ta'ala itu ada azali dan suatu tempat pun tidak ada dan suatu makhluk yang lain pun tidak ada, dan Dia pencipta segala sesuatu".

Rujukan - _*kitab al-Fiqhul-absat karangan Imam Abu Hanifah pengasas Mazhab Hanafi - dikumpulkan dalam Majmu' Rasa'il Abi Hanifah dengan tahqiq al-Kawthari*_

8.) *Al-Imam al-Mujtahid Muhammad ibn Idris al-Syafi`i radiyaLlahu `anhu (w. 203 H)* berkata:

إِنَّهُ تَعَالَى كَانَ وَلَا مَكَانَ فَخَلَقَ الْمَكَانَ وَهُوَ عَلَى صِفَةِ الْأَزَلِيَّةِ كَمَا كَانَ قَبْلَ خَلْقِهِ الْمَكَانَ لَا يَجُوْزُ عَلَيْهِ التَّغَيُّرُ فِي ذَاتِهِ وَلَا التَّبْدِيْلُ فِيْ صِفَاتِهِ
Maksudnya: " Sesungguhnya Dia ta’ala ada azali, sedangkan suatu tempat pun tidak ada (masih belum wujud), maka Dia menciptakan tempat sedangkan Dia di atas sifat keazalian sebagaimana Dia ada azali (tanpa bertempat) sebelum Dia mencipta tempat. Mustahil perubahan berlaku ke atas-Nya pada zat-Nya dan mustahil juga penukaran berlaku pada sifat-Nya".
*_[Dinukilkan daripada al-Imam al-Shafi'i oleh al-Hafiz Muhammad Murtada al-Zabidi dalam kitabnya Ithafus-Sadatil-Muttaqin]_*

Sabtu, 30 November 2019

KEUTAMAAN BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH

KEUTAMAAN BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH
Allah Subhanahu wa Ta’aalaa berfirman:
))وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَىءٍ قَدْرًا *(( ( سورة الطلاق ءايات 2 – 3 ).
Maknanya: “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka akan dijadikan baginya jalan keluar (dari setiap masalah), dan diberikan rezki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah maka Allah yang akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah melakukan apa saja yang dikehendakinya dan Allah telah menjadikan bagi setiap sesuatu takdirnya” (Quran surah ath-Thalaq: 2-3)
Saudaraku seiman! Ketahuilah bahwa al Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan bahwa Abu Dzar semoga Allah meridhainya berkata: “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَىءٍ قَدْرًا * ( سورة الطلاق ءايات 2 – 3 ).
Dan setelah selesai beliau bersabda: “Wahai Aba Dzar, jikalau semua manusia mengamalkan ayat ini maka akan cukup bagi mereka” 
Taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Taqwa adalah penyebab jalan keluar dari setiap kesusahan di dunia ini, taqwa dapat memudahkan rezki sampai kepada seseorang, taqwa dapat mengangkat derajat seorang muslim. Adapun maksiat adalah penghalang bagi seseorang muslim dari kebaikan baik di dunia mahupun di akhirat. Al Imam al Hakim telah meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
{ إن الرجل لَيُحْرَمُ الرّزْقَ بالذنبِ يصيبُهُ }
Maknanya: “Sesungguhnya seseorang dapat dihalang dari rezkinya disebabkan maksiat yang dilakukannya” (Hadits riwayat al Hakim).
Berkata sebagian ulama: maksud hadits di atas adalah maksiat penyebab diharamkan seseorang dari nikmat-nikmat dunia seperti kesehatan dan kekayaan, dihilangkannya berkah dari harta, atau dikuasai oleh musuh, hilangnya martabatnya dari hati-hati masyarakat, dan melupakan ilmu yang dipelajarinya.
Saudaraku seagama! Janganlah kita meninggalkan kewajiban apa saja kepada kita, dan janganlah kita mendatangi dosa walaupun ia dosa kecil dan janganlah takut dengan perubahan zaman. Akan tetapi, bertawakkallah kepada Allah karena Allah lah yang pencukup kita. Tawakkal adalah menyandarkan hati kepada Allah saja karena Dia Pencipta segala sesuatu baik yang bermanfaat mahupun yang berbahaya sehingga tidak ada yang dapat memberikan manfaat dan bahaya kecuali Allah. Jikalau seorang hamba sudah menyandarkan hatinya hanya kepada Allah saja maka sandarannya kepada Allah akan berlaku dalam semua urusan rezki, keselamatan dari bahaya, dan menghindari dosa terutama ketika waktu susah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
{ لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا (أى تخرج في أول النهار وليس في بطونها أكل) وَتَرُوحُ بِطَانًا (أي وترجع إلى أعشاشها وقد امتلأت بطونها).
Maknanya: “Jikalau kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan memberikan rezki kepada kalian sebagaimana Allah memberikan rezki bagi burung yang keluar di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang” (Hadits riwayat Ahmad).
Jika burung saja yang tidak ada sekolahnya dan tidak berakal, bisa mendapatkan rezki dengan keluar di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang. Tentunya manusia yang berakal akan lebih mudah baginya untuk mencari rezki.
Tawakkal tidak menafikan sebab akibat. Sebab ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apakah dia melepaskan untanya tanpa mengikatnya kemudian bertawakkal? Maka nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab yang maknanya: “Ikatlah dia kemudian bertawakkal kepada Allah” (Hadits riwayat Ibnu Hibban). Baginda shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“ليس التوكلُ الكسبَ ولا تركُ الكسبِ، التوكلُ شىء في القلوب“.  
Maknanya: “Tawakkal itu bukan berusaha atau tidak berusaha. Akan tetapi tawakkal itu adalah perkara yang ada di dalam hati” (Hadits riwayat al Baihaqiy)
Apa yang akan terjadi pada masa akan datang adalah sesuatu yang kita tidak ketahui. Perbuatan kita saat ini adalah tanda seseorang kemana dia akan menuju. Akan tetapi akhir dari kehidupan kita ini tidak kita ketahui saat ini. Oleh karena itu, berusahalah dengan sekuat tenaga untuk melakukan ketaatan kepada Allah dengan diikuti bertawakkal kepada Allah. Jikalau kita mendapatkan kebaikan pada diri kita maka bersyukurlah kepada Allah dan tetap istiqamah di dalamnya dan berusaha untuk menambahnya. Akan tetapi, jika kita mendapatkan sebaliknya maka bertaqwalah kepada Allah dan segera berusaha merubah keadaaan yang buruk tersebut sebelum hilangnya kesempatan untuk bertaubat dan sebelum kita menyesal di saat penyesalan itu tidak bermanfaat.
Semoga Allah selalu menjadikan kita hamba-hamba yang selalu bertaqwa kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya sehingga Allah selalu memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi, dimudahkan rezki-rezki kita, dan dijadikan akhir kehidupan kita husnul khatimah. Aamiin yaa rabbal’aalamiin.

Sabtu, 23 November 2019

Doa Berjama’ah Setelah Shalat Berjama’ah

Doa Berjama’ah
Setelah Shalat Berjama’ah


Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam
bersabda yang maknanya :

“Tidaklah suatu jama’ah berkumpul,
lalu sebagian berdoa dan yang lain mengamini
kecuali doa tersebut akan dikabulkan
oleh Allah”


(H.R. al Hakim dalam al mustadrak
dari sahabat Masalamah ibn Habib al Fihri)


Sabtu, 16 November 2019

Dzikir Berjama’ah Dengan Suara Keras

Dzikir Berjama’ah Dengan Suara Keras

Dari ibnu ’Abbas berkata
Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda yang maknanya :

Mengeraskan suara dalam
berdzikir ketika jama’ah
selesai shalat fardhu terjadi
pada zaman Rasulullah

(H.R. al Bukhari & Muslim)

 

Sabtu, 09 November 2019

Dzikir Berjama’ah Dengan Suara Keras

Dzikir Berjama’ah
Dengan Suara Keras



Dari ibnu ’Abbas berkata
Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Salalam
bersabda yang maknanya :


Aku mengetahui
selesainya shalat Rasulullah
dengan takbir
(dibaca dengan suara keras)
 

(H.R. al Bukhari & Muslim)

Sabtu, 02 November 2019

Dzikir suara keras

Dzikir suara keras

Al Imam Al Hafizh as-Suyuti mengatakan
Dalam kitabnya : al Hawi li al Fatawi, Jilid I, Hal. 375

"Dzikir dalam berjama'ah
Tidak terlaksan
Kecuali dengan
Bersuara keras"

Sabtu, 26 Oktober 2019

Dzikir Suara Keras

Dzikir Suara Keras

Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Wasallam
bersabda dalam hadits Qudsi yang maknanya :

"Allah Ta'ala berfirman : Aku kuasa untuk berbuat seperti harapan
hambaku terhadapku01, dan aku senantiasa menjaganya
dan memberikan taufiq serta pertolongan terhadapnya
jika ia menyebut nama-KU, jika ia menyebutku lirih
Aku akan memberinya pahala dan rahmat
secara sembunyi-sembunyi, dan jika ia menyebut-KU
secara berjama'ah atau dengan suara keras, maka Aku akan
menyebutnya di kalangan para malaikat yang mulia"
(H.R. al Bukhari & Muslim)

01. Jika ia berharap untuk diampuni dosanya, jika ia mengira
taubatnya Aku terima maka Aku akan menerima taubatnya,
jika ia berharap Aku akan kabulkan doanya maka Aku akan
kabulkan, dan jika ia mengira Aku mencukupi kebutuhannya
maka akan Aku cukupi kebutuhan yang dimintanya. Seperti
yang dijelaskan oleh Al Qadli ‘Iyadl
 
 

Sabtu, 19 Oktober 2019

Dzikir Berjama'ah

Dzikir Berjama'ah


Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda yang maknanya :
"Tidaklah suatu kaum berkumpul
untuk berdzikir dan tidak
mengharap kecuali ridha Allah
kecuali malaikat menyeru dari langit :
berdirilah kalian dalam keadaan
sudah terampuni dosa-dosa kalian"

(H.R. ath-Thabarani)

Shalawat al Fatih

للّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ
 الْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي
 إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَ عَلَى ءَالِهِ وَ صَحْبِهِ
حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ



Maknanya ringkasnya :
Yaa Allah sampaikanlah shalawat kepada
penghulu kami baginda
Rasulillah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
pembuka bagi segala yang tertutup,
penutup bagi semua yang terlewati,
yang penolong kebenaran dengan kebenaran, dan
yang memberikan petunjuk
kepada jalan yang lurus,
dan kepada keluarga dan sahabatnya,

sesuai dengan keagungan
Rasulillah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam


Sabtu, 12 Oktober 2019

Dzikir Berjama’ah

Imam Muslim & at-Turmudzi meriwayatkan
yang maknanya :


Suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar
melihat sekelompok sahabat yang sedang duduk bersama,
lalu Rasulullah bertanya : Apa yang membuat kalian
duduk bersama disini?
mereka menjawab : Kami duduk berdzikir kepada Allah
dan memuji-Nya,
Kemudian Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya
Aku didatangi oleh Jibril dan ia meberitahukan
kepadaku bahwa Allah membanggakan
kalian di kalangan para malaikat”.

(HR. Muslim & at-Tirmidzi)
(lihat an-Nawawi, kitab Riyadl ash-Shalihin, hal. 470-473)


Dzikir Berjama’ah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
yang maknanya :


“Tidaklah sekolompok orang berkumpul dan
berdzikir menyebut asma Allah kecuali
mereka dikelilingi oleh
para malaikat, diliputi rahmat,
diturunkan kepada
mereka ketenangan dan
Allah sebut mereka dikalangan
para malaikat yang mulia.”

(HR. Muslim)

(Lihat an Nawawi, Kitab Riyadl ash-Shalihin, hal. 470-473)

Kamis, 10 Oktober 2019

Buletin Dakwah Ahlissunnah wa al Jama’ah

TAFSIR RINGKAS                         AL ASMA AL HUSNA

Segala puji bagi Allah Tuhan Pencipta semesta alam, shalawat serta salam kepada penghulu umat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berserta keluarga, sahabat yang shalih.
Ketahuilah bahwasanya Allah  Ta’alaa berfirman:

(( ليس كمثله شيء وهو السميع البصير )) (سورة الشورى: 11)

Maknanya: “Tidak ada satupun yang menyerupai Allah dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. asy-Syura: 11)
Allah Ta’aalaa juga berfirman:

(( ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها )) (سورة الأعراف: 180)

Maknanya: “Allah memiliki nama-nama yang sempurna maka berdoalah kepada Allah dengannya”. (Q.S. al A’raf: 180)

Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
(( إن لله تعالى تسعة وتسعين اسما مائة إلا واحدا من أحصاها دخل الجنة )) (رواه البخاري ومسلم)

Maknanya: “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barang siapa yang menghitungnya masuk surga”. (H.R. al Bukhari dan Muslim)
Para ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud menghitungnya adalah menghafalnya serta mengetahui maknanya.

Oleh karena itu, sebagai pengamalan ayat dan hadits di atas, berikut kami jelaskan secara singkat makna-makna dari al Asma al Husna seraya berharap semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat dan memperluas pengetahuan kita dalam mempelajari ilmu ahli sunnah wal jamaah. Aamiin.

Allah (الله)
Dzat yang memiliki al Uluhiyyah; hanyalah Allah yang berhak disembah dalam arti diberikan puncak ketaatan secara totalitas.

Ar-Rahman (الرحمن)
Nama ini termasuk nama khusus bagi Allah. Dan maknanya rahmat Allah yang meliputi mukmin dan kafir di dunia dan bagi mukmin saja di akhirat.

Ar-Rahim (الرحيم)
Maknanya Yang merahmati orang yang beriman saja di akhirat.

Al Malik ( الملك)
Maknanya Allah disifati dengan kesempurnaan kerajaan-Nya. Kerajaan Allah azali (tidak bermula) abadi (tidak berakhir). Adapun kerajaan makhluk-Nya di dunia bermula dan berakhir.

Al Quddus (القدوس)
Maknanya Yang Maha suci dari sekutu, anak, dan sifat-sifat makhluk seperti membutuhkan kepada tempat dan zaman. Allah yang menciptakan tempat, zaman, dan lainnya. Allah Maha suci dari kekurangan dan aib-aib.

As-Salam (السلام)
Maknanya Yang selamat dari segala aib sehingga Allah tidak disifati dengan sifat dzalim, beranak, dan bernikah.

Al Mukmin (المؤمن)
Maknanya Yang menepati janji-Nya kpada Hamba-hamba-Nya.

Al Muhaimin (المهيمن)
Maknanya Yang bersaksi terhadap hamba-Nya dari perkataan, perbuatan, dan keyakinan.

Al ‘Aziz (العزيز)
Maknanya Maha kuat, Yang tidak terkalahkan.

Al Jabbar (الجبار)
Maknanya Yang menjadikan hamba-Nya atas apa yang ikehendaki-Nya.
 Al Mutakabbir (المتكبر)
Maknanya Yang Maha Agung Maha Suci dari sifat makhluk.

Al Khaliq (الخالق)
Maknanya Yang Menjadikan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Tidak ada pencipta dalam makna ini kecuali Allah.

Al Bari (البارئ)
Maknanya Yang menciptakan sesuatu tanpa ada yang semisal sebelumnya.

 Al Mushawwir (المصور)
Maknanya Yang menciptakan makhluk-Nya dalam bentuk yang berbeda-beda.

Al Ghaffar (الغفار)
Maknanya Yang mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.

Al Qahhar (القهار)
Maknanya Yang menundukkan makhluk-Nya dengan kematian.

 Al Wahhab (الوهاب)
Maknanya Yang baik dengan memberikan tanpa imbalan, memberikan pahala kpd orang yang ta’at kemurahan dari-Nya.

Ar-Razzaq (الرزاق)
Maknanya Yang bertanggung jawab atas rezki. Rezki Allah meliputi semua makhluk.
 Al Fattah (الفتاح)
Maknanya Yang membuka bagi hamba-Nya sesuatu yang tertutup dari urusan mereka sehingga Ia mudahkan bagi mereka sebagai kemurahan dari-Nya.

 Al ‘Alim (العليم)
Maknanya Yang Maha mengetahui rahasia-rahasia yang tersembunyi yang tidak dicapai oleh pengetahuan makhluk-Nya. Dan Allah tidak dinamakan dengan ‘Arif.

 Al Qabid (القابض)
Maknanya Yang Maha menyempitkan rezki dngan hikmah-Nya.

Al Basith (الباسط)
Maknanya Yang Maha meluaskan rezki dengan kemurahan dan kemulian-Nya.

Al Khafidh (الخافض)
Maknanya Yang Maha menundukkan orang yang kejam dan menghinakan yang sombong.

Ar-Rafi’ (الرافع)
Maknanya Yang Maha mengangkat derajat para wali-Nya dengan keta’atan.

Al Mu’iz (المعز)
Maknanya Yang Maha memuliakan para wali-Nya dengan kenikmatan yang kekal yang ada di surga.
Al Mudzill (المذل)
Maknanya Yang Maha menghinakan orang-orang kafir dengan memasukkan mereka ke dalam neraka selama-lamanya.

As-Sami’ (السامع)
Maknanya Yang Maha mendengar segala sesuatu termasuk yang dirahasiakan dan dibisikkan tanpa menggunakan alat, anggota tubuh, dan sifat makhluk. Dan Dia yang mendengar doa dalam makna yang mengabulkannya.

Al Bashir (البصير)
Maknanya Yang Maha melihat segala sesuatu tanpa alat, anggota tubuh, dan sifat makhluk.

Al Hakam (الحكم)
Maknanya Yang Maha menghakimi semua makhluk di akhirat. Tak ada selain Allah yang menghakimi di akhirat. Allah Hakim yang Adil.

Al ‘Adl (العدل)
Maknanya Yang Maha suci dari kezaliman. Karena kezaliman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dan hal tersebut mustahil bagi Allah.

 Al-Lathif (اللطيف)
Maknanya Yang Maha memberikan kebaikan kepada hamba-Nya dalam keadaan tidak diketahui oleh hamba-Nya.

Al Khabir (الخبير)
Maknanya Yang Maha mengetahui hakikat segala sesuatu maka tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak diketahui oleh Allah. Dan Allah mengetahui secara umum dan terperinci atas segala sesuatu.

Al Halim (الحليم)
Maknanya Yang tidak akan rugi dengan dosanya orang yang bermaksiat.

Al ‘Adzhim (العظيم)
Maknanya Yang Maha perkasa. Maha suci dari bentuk.

Al Ghafur (الغفور)
Maknanya Yang banyak dari-Nya ampunan.

Asy-Syakur (الشكور)
Maknanya Yang memberi balasan yang banyak dari pahala atas kebaikan yang sedikit.

Al ‘Aliy (العلي)
Maknanya Yang Tinggi derajat-Nya bukan dari segi tempat.

Al Kabir (الكبير)
Maknanya Yang Maha besar kekuasaan-Nya. Allah yang paling berkusa dan paling mengetahui.

Al Hafizh (الحفيظ)
Maknanya Yang melindungi yang Ia kehendaki dari bahaya, kejahatan, dan kebinasaan.

Al Muqhith (المقيط)
Maknanya Yang memberi rezki makanan.

Al Hasib (الحسيب)
Maknanya Yang menghisab hamba-Nya terhadap apa yang dilakukannya.

Al Jalil (الجليل)
Maknanya Yang disifati dengan ketinggian derajat.

Al Karim (الكريم)
Maknanya Yang banyak memberikan kebaikan. Allah memberikan kebaikan kepada seseorang sebelum ia berhak mendapatkannya dan memberikan kemurahan-Nya tanpa harus ada pahala yang dilakukan.

Ar-Raqhib (الرقيب)
Maknanya Yang memelihara. Yang mengetahui segala sesuatu.

Al Mujib (المجيب)
Maknanya Yang menjawab doa orang yang meminta dan menolong orang yang meminta pertolongan dengan-Nya.

Al Wasi’ (الواسع)
Maknanya Yang luas rezki-Nya kepada semua makhluk.

Al Hakim (الحكيم)
Maknanya Yang menentukan untuk menciptakan segala sesuatu sesuai kehendak-Nya.

Al Wadud (الودود)
Maknanya Yang mencintai orang-orang shalih sehingga meridhai mereka dan menerima amalannya.

Al Majid (المجيد)
Maknanya Yang luas kebaikan-Nya dan tinggi derajat-Nya.

Al Ba’its (الباعث)
Maknanya Yang membangkitkan makhluk-Nya setelah mati dan mengumpulkannya pada hari yang tidak ada keraguan akan terjadinya (hari kiamat).

Asy-Syahid (الشهيد)
Maknanya Yang tidak ada sesuatu yg tersembunyi dri ilmu-Nya.

Al Haqq (الحق)
Maknanya Yang pasti ada dan tidak ada keraguan atas ada-Nya.

Al Wakil (الوكيل)
Maknanya Yang menanggung rezki semua makhluk-Nya dan mengetahui keadaan mereka.
Al Qawiy (القوي)
Maknanya Yang kekuasaan-Nya sempurna. Tidak lemah terhadap sesuatu. Dan tidak dikatakan Allah adalah kekuatan. Akan tetapi dikatakan Allah berkuasa.

Al Matin (المتين)
Maknanya Yang tidak pernah lelah dan letih.

Al Waliy (الولي)
Maknanya Yang menolong hamba-Nya yang beriman.

Al Hamid (الحميد)
Maknanya Yang berhak untuk dipuji.

Al Muhshi (المحصي)
Maknanya Yang mengetahui segala sesuatu dan jumlahnya.

Al Mubdi (المبدئ)
Maknanya Yang mengadakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada.

Al Mu’id (المعيد)
Maknanya Yang mengembalikan makhluk-Nya dari kehidupan ke kematian kemudan mengembalikannya lagi dari kematian ke kehidupan.
Al Muhyi (المحيي)
Maknanya Yang menghidupkan jasad-jasad yang telah hancur dengan mengembalikan ruhnya ketika dibangkitkan.
Al Mumit (المميت)
Maknanya Yang mematikan yang hidup dan menghinakan orang yang kuat dan sehat dengan kematian.

Al Hayy (الحي)
Maknanya Yang Maha hidup.

Al Qayyum (القيوم)
Maknanya Yang tidak berubah.

Al Wajid (الواجد)
Maknanya Yang Maha kaya tidak membutuhkan kepada sesuatu.

Al Majid (الماجد)
Maknanya Yang besar kekuasaan-Nya.

Al Wahid (الواحد)
Maknanya Yang tidak ada sekutu dalam ketuhanan.

Ash-Shamad (الصمد)
Maknanya Yang diminta untuk kebutuhan makhluk-Nya.

Al Qadir (القادر)
Maknanya Yang berkuasa atas segala sesuatu.

Al Muqtadir (المقتدر)
Maknanya Yang tidak ada satupun yang menghalangi-Nya.

Al Muqaddim (المقدم)
Maknanya Yang memajukan segala sesuatu yang Ia kehendaki dengan hikmah-Nya.

Al Muakhkhir (المؤخر)
Maknanya Yang mengakhirkan segala sesuatu yang Ia kehendaki dengan hikmah-Nya.

Al Awwal (الأول)
Maknanya Yang tidak bermula.

Al Akhir (الآخر)
Maknanya Yang tidak berakhir.

Adzh-Dzhahir (الظاهر)
Maknanya Yang segala sesuatu menunjukkan kekuasaan-Nya.

Al Bathin (الباطن)
Maknanya Yang tidak dijangkau oleh khayalan makhluk-Nya.

Al Waliy (الوالي)
Maknanya Yang memiliki segala sesuatu.

Al Muta’al (المتعال)
Maknanya Yang Maha suci dari sifat makhluk.

Al Barr (البر)
Maknanya Yang memberikan kebaikan kepada seluruh makhluk-Nya.

At-Tawwab (التواب)
Maknanya Yang menerima taubat seseorang walaupun berkali-kali terjadi.

Al Muntaqim (المنتقم)
Maknanya Yang melebihkan siksaan kepada orang zhalim yang Ia kehendaki.

Al ‘Afuw (العفو)
Maknanya Yang memaafkan hamba-Nya yang berdosa dengan memberikan kebaikan.

Ar-Ra’uf (الرؤوف)
Maknanya Yang rahmat-Nya sangat banyak.

Malik al Mulk (مالك الملك)
Maknanya Yang mana semua kerajaan di dunia kembali kepada-Nya.

Dzul al Jalal wa al Ikram (ذو الجلال والإكرام)
Maknanya Yang berhak untuk disembah dan tidak dikafiri dan Yang memuliakan para wali-Nya dengan cahaya sempurna di hari kiamat.

Al Muqsith (المقسط)
Maknanya Yang Maha adil dalam hukum-Nya, Suci dari kezaliman.

Al Jami’ (الجامع)
Maknanya Yang mengumpulkan makhluk-Nya pada hari kiamat.

Al Ghaniy (الغني)
Maknanya Yang Maha kaya dari makhluk-Nya.

Al Mughniy (المغني)
Maknanya Yang menghilangkan kefakiran hamba-Nya dan memberikannya rezki.

Al Mani’ (المانع)
Maknanya Yang menghalangi sesuatu yang Ia kehendaki.

Adh-Dharr (الضار)
Maknanya Yang berkuasa untuk membahayakan seseorang yang Ia kehendaki.

An-Nafi’ (النافع)
Maknanya Yang berkuasa memberikan manfaat kepada seseorang yang Ia kehendaki.

An-Nur (النور)
Maknanya Yang memberikan cahaya/hidayah.
 Al Hadi (الهادي)
Maknanya Yang memberikan hidayah kepada yang Ia kehendaki.

Al Badi’ (البديع)
Maknanya Yang menciptakan makhluk-Nya.

Al Baqi (الباقي)
Maknanya Yang kekal.

Al Warits (الوارث)
Maknanya Yang kekal sesudah musnah makhluk-Nya.

Ar-Rasyid (الرشيد)
Maknanya Yang memberikan petunjuk kepada hamba-Nya untuk kebaikan mereka.

Ash-Shabur (الصبور)
Maknanya Yang menunda siksaan orang yang berdosa sampai waktu tertentu.

100.Al Kafi (الكافي)
Maknanya Yang cukup untuk dijadikan penolong selain-Nya.

Semoga bermanfaat dan wallahu a’lam wa ahkam.

Senin, 07 Oktober 2019

Qunut Subuh

Al Imam an-Nawawi mengatakan dalam Minhaj ath-Thalibin
yang maknanya :

“Disunnahkan membaca doa Qunut pada I ’tidal raka’at kedua shalat Subuh, yaitu membaca (اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْت إِلَى ءَاخِرِهِ) dan imam disunnahkan membaca qunut dengan lafazh jama’. Menurut pendapat yang shahih disunnahkan membaca shalawat atas Nabi di akhir qunut. Juga disunnahkan mengangkat kedua tangannya dan tidak perlu mengusap Mukanya”

Pendapat ini seperti dinyatakan oleh imam
an-Nawawi dalam Syarh al Muhadzdzab juga
pendapat kebanyakan ulama salaf dan para
ulama sesudah mereka, atau banyak ulama dari
kalangan mereka seperti Abu Bakr ash-shiddiq,
Umar, Utsman, Ali, Ibn ‘Abbas, al Bara’ ibn ‘Azib
dan lain-lain