This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 04 November 2017

AYAT-AYAT AL-QUR'AN SECARA GLOBAL DIBAGI 2 MACAM

📃 Ayat al-Qur'an secara global dibagi 2 macam:

Pertama: ayat muhkamat, yaitu ayat sudah jelas maknanya.

Contoh ayat muhkamat diantaranya adalah:

Ayat 11 surah asy-Syura [42]:

ليس كمثله شىء
Ayat ini sangat jelas dan terang maknanya bahwa Allah tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya baik dari satu segi maupun semua segi.


Kedua: Mutasyabihat, yaitu ayat2 yang terdapat di dalamnya kata yg memiliki  beberapa makna. 

Secara zhahir, maknanya mustahil bagi Allah. Maka, ayat tersebut dikembalikan penafsirannya ke ayat muhkamat tersebut dan  mesti diambil makna lain yang benar sesuai dengan aqidah dan ajaran Ahlussunnah...



Contoh ayat mutasyabihat:

Ayat 5 surah Thaha:
الرحمن على العرش استوى

Dalam bahasa arab, istawaa ini punya banyak makna, sekitar ada 15 makna.

Tidak boleh diambil mkna yg berlawanan dengan tawhid dan aqidah tanzih, seperti arti duduk, bertempat, bersemayam; berada di atas sesuatu dan semacamnya.

Makna istawaa pd ayat tsb dikembalikan ke ayat muhkamat.
Maknanya adalah Allah menguasai Arsy

📄 Contoh lainnya ayat mutasyabihat:
Ayat 35 surah an-Nur

الله نور السموات والأرض....
Makna ayat tersebut *bukannya Allah cahaya...*
Tapi Allah adalah pemberi cahaya (petunjuk) keimanan bg penduduk langit (malaikat) dan penduduk bumi (manusia dan jin)...

Ini tafsir yg haqq dr ulama' salaf: shahabat nabi, Ibnu Abbas.

Kamis, 02 November 2017

NASEHAT SYEIKH ABDULLAH AL-HARARI

NASEHAT SYEIKH ABDULLAH AL-HARARI
SEMOGA KEBAHAGIAAN MENGHAMPIRI

Syeikh Abdullah al-Harari menyatakan: "Di antara yang paling cepat menuju jalan kewalian (menjadi kekasih Allah) setelah mengerjakan kewajiban adalah mengajarkan ilmu agama kepada orang lain."

Ketahuilah bahwa untuk mengetahui kewajiban adalah dengan cara belajar ilmu agama yang dharuri.

Ilmu agama yang dharuri adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang mukallaf.

Mukallaf adalah orang yang telah baligh, berakal dan telah sampai kepadanya pokok dakwah Islam, yaitu kalimat Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Ilmu dharuri mencakup ilmu mengenal Allah, mengenal Nabi Muhammad, mengenal keimanan yang lainnya, mengenal bab thaharah, bab shalat, puasa, zakat, haji dan mengenal kewajiban hati dan anggota-anggota tubuh.

Orang yang telah mempelajari ilmu dharuri dan mempraktekkan dalam kehidupannya, maka dia tergolong orang yang bertakwa.

Ingatlah bahwa mempelajari ilmu dharuri ini tidak boleh belajar sendiri (otodidak), tidak boleh belajar ke google, youtube, dan kawan2nya, serta tidak boleh belajar kepada orang yang mempunyai keyakinan salah atau belajar kepada orang bodoh yang dijadikan guru. Ilmu harus dipelajari kepada ulama' tsiqat (kredibel) yang ilmunya diperoleh kepada ulama' sebelumnya (sanad keilmuannya bersambung kepada Rasulullah).

Setelah belajar dan mengamalkan ilmu dharuri ini, hendaknya seseorang harus menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain. Dengan sebab menyampaikan ilmu dharuri ini, seseorang akan mencapai derajat kewalian (Allah akan mencintainya).

Tentunya menyampaikan ilmu dharuri ini harus dengan ikhlas, yaitu mengharap keridhaan Allah, sebagaimana ikhlasnya dia belajar ilmu agama dan ikhlasnya dia beribadah (mengamalkan ilmu).

Semoga Allah memudahkan kita untuk belajar ilmu agama yang dharuri, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain secara ikhlas, aamiin.

Rabu, 01 November 2017

MENJAGA LIDAH

MENJAGA LIDAH
AGAR TERHINDAR DARI BENCANA DAN FITNAH

Di antara pernyataan al-Imam ar-Rifa'i -radhiyallahu 'anhu-: "Orang yang arif (seorang yang telah mengenal Allah dengan pengenalan yang benar) gembiranya sedikit dan menangisnya (sedihnya) lama.
Orang yang arif jika ingin mengucapkan dengan suatu perkataan, maka dia akan berfikir tentang yang akan dia ucapkan sebelum dia mengucapkannya dari mulutnya, jika dia melihat di dalam perkataan tersebut ada kebaikan, maka dia akan mengucapkannya dan jika tidak demikian, maka dia akan menahan mulutnya atas perkataan tersebut."

Inilah di antara sifat-sifat orang yang arif (yaitu orang yang telah mengenal Allah dengan pengenalan yang benar) yaitu:

1) Gembiranya sedikit dan sedihnya lama.
Orang yang arif merasa takut (khawatir) apakah ibadah yang dilakukannya diterima oleh Allah ??? Apakah ibadahnya sudah dikerjakan sesuai dengan perintah Allah ??? Apakah ibadah yang dilakukannya sudah benar-benar ikhlas karena mengharap ridha Allah ??? Apakah dia akan dimudahkan untuk mengerjakan ibadah sampai ajal menjemput ??? والله أعلم ; hanya Allah yang mengetahui akhir kehidupan seseorang, apakah akan mati husnul khatimah atau su-ul khatimah....!!!!
Oleh karena itu, orang yang arif akan senantiasa sedih di hati, sehingga dia akan rajin ibadah dan dia mengharap kepada Allah agar dijauhkan dari su-ul khatimah.

2) Berpikir sebelum berkata dan bertindak.
Orang yang arif akan berpikir seribu kali sebelum berkata dan sebelum bertindak, apakah perkataan dan tindakannya mengandung kebaikan ???

Ketahuilah bahwa dengan sebab satu perkataan atau satu tindakan dapat menyebabkan keimanan seseorang batal, yaitu seseorang menjadi murtad; keluar dari agama Islam. Contohnya:

a) di dalam film / sinetron di televisi ada seseorang yang memerankan sebagai orang yang mengalami musibah, kemudian dalam cerita itu, dia mengucapkan kata "Allah tidak adil atas musibah ini, kenapa saya diberikan ujian seberat ini" ???, maka adegan ini menyebabkan dia telah keluar dari agama Islam, karena dia mensifati Allah dengan tidak adil dan dia memprotes kehendak Allah. Meskipun adegan ini hanya pura2, senda gurau dan semacamnya. Keadaan ini tidak menjadi udzur, keadaan tidak paham agama tidak menjadi udzur. Hukum tetap berlaku. 

b) di dalam film / sinetron ada seseorang yang memerankan sebagai musuh Islam, sebagai syetan, sebagai penjahat, dan semacamnya, lalu adegan itu dia mencaci, menghina dan melecehkan sesuatu yang di agungkan dalam Islam. Maka perbuatan ini menyebabkan dia telah keluar dari agama Islam (murtad). Begitu juga seperti orang yang memerankan sebagai Abu Jahal, Abu Lahab dengan mengatakan atau melakukan perbuatan yang melecehkan Allah, Nabi Muhammad, agama Islam, dan semacamnya, maka dapat menyebakan keluar dari agama Islam. 

Hal inilah yang patut menjadi perhatian kita, yaitu kita harus berhati-hati ketika berbicara dan bertindak.

Semoga Allah senantiasa menjaga keimanan dan keislaman kita hingga ajal menjemput, aamiin.

Selasa, 31 Oktober 2017

ALLAH ADA TANPA TEMPAT TANPA ARAH

""""""ALLAH ADA TANPA TEMPAT TANPA ARAH"""

PENTINGNYA ILMU TAUHID

Sesungguhnya ilmu yang membahas tentang keimanan kepada Allah dengan mengetahui sifat-sifat-Nya merupakan ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, paling wajib diketahui dan hal pertama yang harus diketahui. Ilmu ini dinamakan ilmu ushul, ilmu tauhid, ilmu kalam dan ilmu aqidah. Rasulullah menyatakan secara tegas bahwa beliau sangat memperhatikan ilmu ini seraya bersabda:
أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِاللّهِ وَأَخْشَاكُمْ لَهُ
“Aku adalah orang yang paling mengetahui tentang Allah dari pada kalian dan aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dari pada kalian.” (HR. al-Bukhari)

Maka ilmu ini merupakan ilmu yang paling penting untuk dicapai dan ilmu yang harus diutamakan dan diagungkan.

Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

Di dalam ayat ini disebutkan bahwa perintah mengetahui tauhid lebih didahulukan dari pada perintah istighfar, karena tauhid berkaitan dengan ilmu ushul, sedangkan istighfar berkaitan dengan ilmu furu’ (ilmu tasawwuf). Maka mempelajari ilmu tauhid harus didahulukan dari pada ilmu fiqih, tasawwuf, hadits dan ilmu-ilmu lain. Rasulullah menyatakan bahwa ibadah yang paling utama secara mutlak adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersabda:
أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إِيْمَانٌ بِاللّهِ وَرَسُوْلِهِ
“Perbuatan yang paling utama adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. al-Bukhari)

Ilmu tauhid juga merupakan di antara syarat sah diterimanya suatu ibadah apapun, baik itu ibadah shalat, puasa, zakat, haji, shadaqah, berdzikir dan lain-lain. Orang yang tidak mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya, maka ibadahnya tidak diterima. Begitu juga orang yang mengenal / meyakini Allah dengan keyakinan yang salah, seperti meyakini Allah berada di langit, maka ibadahnya tidak diterima. Al-Imam al-Ghazali menyatakan:
لَا تَصِحُّ الْعِبَادَةُ إِلَّا بَعْدَ مَعْرِفَةِ الْمَعْبُوْدِ
“Tidak sah ibadah seseorang kecuali setelah dia mengetahui Tuhan yang disembah.”

Di antara point pertama ilmu tauhid adalah Allah ada (wujud). Keberadaan Allah tidak sama dengan keberadaan makhluk. Bukti bahwa Allah ada adalah alam ini dengan segala isinya. Pergantian siang dan malam yang teratur, perjalanan matahari dan bulan yang silih berganti, penciptaan manusia yang sempurna, berfungsinya anggota tubuh dengan baik, butuhnya manusia akan udara serta air dan sebagainya. Peristiwa semua ini tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Hal ini pasti ada yang menciptakan dan yang mengaturnya, yaitu Allah ta’ala. Allah berfirman:
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوْا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللّٰهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُوْنَ
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar dengan melihat kepada Tuhannya (di akhirat).” (QS. Ar-Rum: 8)

Allah ada sebelum terciptanya alam, Allah ada sebelum manusia, malaikat, dan jin diciptakan, Allah ada sebelum bumi diciptakan, Allah ada sebelum langit dan arsy diciptakan. Allah-lah yang menciptakan semua makhluk ini. Allah menciptakan makhluk ini untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, bukannya Allah butuh kepada makhluk. Jadi Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Allah tidak di langit, Allah tidak di arsy dan Allah tidak di mana-mana. Allah ada tanpa tempat, karena tempat adalah makhluk.
Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi), dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya.” (QS. Asy-Syura: 11)

Ayat di atas adalah ayat yang paling jelas di dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya.
Al-Imam Abu Hanifah menyatakan:
أَنَّى يُشْبِهُ الْخَالِقُ مَخْلُوْقَهُ
“Mustahil Allah menyerupai makhluk-Nya.”

Mustahil Allah menyerupai sifat-sifat makhluk. Di antara sifat-sifat makhluk adalah bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, naik, turun dan sebagainya.
Rasulullah bersabda:
كَانَ اللّٰهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُه
“Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya.” (HR al-Bukhari, al-Baihaqi dan Ibn al-Jarud).

Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Sayyidina Ali berkata:
إِنَّ الَّذِيْ أَيَّنَ الْأَيْنَ لَا يُقَالُ لَه أَيْنَ وَإِنَّ الَّذِيْ كَيَّفَ الْكَيْفَ لَا يُقَالُ لَه كَيْفَ
“Sesungguhnya yang menciptakan tempat tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat) dan yang menciptakan sifat-sifat makhluk tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana.” (diriwayatkan oleh Abu al-Muzhaffar al-Asfarayini dalam kitabnya at-Tabshir fi ad-Din, hlm 98).

Imam ath-Thahawi menyatakan:
وَمَنْ وَصَفَ اللّهَٰ بِمَعْنًى مِنْ مَعَانِى الْبَشَرِ فَقَدْ كَفَرَ
“Dan barangsiapa yang mensifati Allah dengan salah satu sifat manusia, maka ia telah kafir.”

Di antara sifat manusia adalah duduk, bertempat, bergerak, diam, berada pada satu arah atau tempat, berbicara dengan huruf, suara dan bahasa.
Imam Ahmad ar-Rifa’i menyatakan di dalam kitabnya “al-Burhan al-Muayyad”:
صُوْنُوْا عَقَائِدَكُمْ مِنَ التَّمَسُّكِ بِظَاهِرِ مَا تَشَابَهَ مِنَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ فَإِنَّ ذٰلِكَ مِنْ أُصُوْلِ الْكُفْرِ
“Jagalah aqidah kalian dari berpegangan kepada zhahir ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi yang mutasyabihat sebab hal ini merupakan salah satu pangkal kekufuran.”

Contoh ayat mutasyabihat adalah firman Allah surat Thaha: 5: اَلرَّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَي Ayat ini tidak boleh dipahami makna zhahir. Karena kata istawa mempunyai banyak arti, di antaranya duduk, menetap, lurus, matang, menguasai, dan lain-lain. Makna yang sesuai bagi Allah adalah menguasai (al-Qahhar) dan Allah menamakan Dzat-Nya dengan al-Qahhar, sebagaimana dinyatakan di dalam surat Yusuf: 39: اَللّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ. Oleh karena itu, kaum muslimin menamakan anak-anak mereka dengan Abdul Qahir dan Abdul Qahhar. Tidak ada seorang pun yang menamakan anak-anak mereka dengan Abdul Jalis atau Abdul Qa’id (yaitu hamba dari dzat yang duduk).
Sayyidina Ali berkata:
إِنَّ اللّهَ خَلَقَ الْعَرْشَ إِظْهَارًا لِقُدْرَتِهِ وَلَمْ يَتَّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ
“Sesungguhnya Allah menciptakan arsy untuk menampakkan kekuasaan-Nya dan Dia tidak menjadikannya sebagai tempat bagi Dzat-Nya.” (Diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Baghdadi di dalam kitab al-Farq bayna al-Firaq)

Begitu juga al-Imam Malik menyatakan:
اَلرَّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى كَمَا وَصَفَ نَفْسَهُ وَلَا يُقَالُ كَيْفَ، وَكَيْفَ عَنْهُ مَرْفُوْعٌ
“Allah yang maha Rahman istawa terhadap arsy sebagaimana Dia telah mensifati Dzat-Nya, tidak boleh dikatakan bagi-Nya sifat-sifat makhluk dan sifat-sifat makhluk bagi-Nya mustahil.” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab al-Asma’ wa ash-Shifat)

Imam Ahmad ar-Rifa’i berkata:
غَايَةُ الْمَعْرِفَةِ بِاللّٰهِ اْلإِيْقَانُ بِوُجُوْدِه تَعَالٰى بِلَا كَيْفٍ وَلَا مَكَانٍ
“Batas akhir pengetahuan seorang hamba tentang Allah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala ada tanpa bagaimana (sifat-sifat makhluk) dan ada tanpa tempat.”

Inilah keyakinan Rasulullah, para sahabat, para imam mujtahid dan mayoritas kaum muslimin. Ulama’ tasawwuf yang telah mencapai derajat tinggi keyakinannya adalah Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Tidak lantas karena sudah mencapai derajat tinggi, mereka bisa membayangkan Allah, atau mereka mengetahui hakekat Allah.
Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam Tsauban ibn Ibrahim Dzun Nun al-Mishri berkata:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللّٰهُ بِخِلَافِ ذٰلِكَ
“Apapun yang terlintas dalam pikiranmu tentang Allah, maka Allah tidak seperti itu.”

Allah adalah Tuhan, Allah tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya. Allah bukan benda dan bukan sifat benda. Oleh karena itu, Allah tidak bisa dibayangkan.
Imam Abu Bakar ash-Shiddiq berkata:
اَلْعَجْزُ عَنْ دَرَكِ اْلإِدْرَاكِ إِدْرَاكُ وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِه كُفْرٌ وَإِشْرَاكُ
“Pengetahuan bahwa pemahaman seseorang tidak mampu untuk sampai mengetahui hakekat Allah adalah keimanan, sedangkan mencari tahu tentang hakekat Allah, yakni membayangkan-Nya adalah kekufuran dan syirik.”

Seseorang yang meyakini bahwa Allah ada, yang ada-Nya tidak sama dengan adanya makhluk, maka hal ini adalah keimanan yang benar. Sedangkan mencari tahu hakekat Allah sehingga membayangkan-Nya seperti makhluk, maka hal ini yang menyebabkan dia menjadi keluar dari agama Islam.

Inilah aqidah Islam yang diajarkan oleh semua para nabi, dari Nabi pertama yaitu Nabi Adam sampai nabi terakhir, Nabi Muhammad. Semua nabi keimanannya sama, Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah.

Semoga Allah senantiasa mengaruniakan
hidayah, taufiq dan inayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dikuatkan dalam memegang teguh ajaran Ahlussunnah Waljama’ah dan semoga kita dimudahkan dalam melaksanakan ajaran Islam dengan mudah, aamiin.

Jumat, 27 Oktober 2017

Sifat Wajib Bagi Allaah Bagian ke-3

*KISWAH (Kajian Islam Ahlussunnah wal Jama’ah)*
Oleh : _Aswaja NU Center Kec. Dawarblandong Kab. Mojokerto_

Sifat-sifat Wajib bagi Allaah
3. _Baqaa'_ (Kekal)

Wajib (pasti) bagi Allaah bersifat _baqaa’,_ yang bermakna bahwa Dia tidak tertimpa kepunahan, atau tidak ada akhir bagi keberadaan-Nya. Karena ketika telah tetap bagi-Nya sifat _qidam_ (ada tanpa permulaan) secara akal, maka wajib (pasti) bagi-Nya sifat _baqaa’_ (kekal). Seandainya mungkin bagi-Nya ketiadaan (tidak kekal), niscaya akan gugur dari-Nya sifat _qidam_ (tiada bermula).  Dan ketiadaan sifat _qidam_ dari-Nya adalah mustahil. Karenanya, menjadi gugurlah kemungkinan _fanaa’_ (punah, tidak kekal) dari-Nya. Juga, seandainya mungkin berlaku bagi-Nya ketiadaan (tidak kekal) sebagaimana hal itu boleh berlaku pada para makhluk, niscaya akan berlaku pula bagi-Nya sifat-sifat yang berlaku pada makhluk. Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia _haadits_ (ada setelah tiada).

Allaah adalah satu-satunya _al-Baaqi_ (Maha Kekal) yang mustahil bagi-Nya kepunahan. Tidak ada yang kekal dengan tanpa dikekalkan oleh yang lain, kecuali Allaah. Sebagaimana tidak ada yang ada, dengan tanpa diwujudkan oleh yang lain, kecuali Allaah. Adapun kekekalan surga dan neraka, keduanya tidak kekal dengan sendirinya. Kekekalan keduanya adalah karena dikekalkan oleh Allaah. Karena Allaah telah menghendaki keduanya kekal, maka keduanya kekal dan tidak akan mengalami kepunahan. Dilihat pada dzat (kemakhlukan)nya, surga dan neraka secara akal mungkin saja punah, karena keduanya _haadits_ (ada setelah tiada). Dan sesuatu yang _haadits_ tidak mungkin kekal dengan sendirinya.

Maka telah menjadi jelas bahwa seluruh makhluk (yang ada setelah tiada) sama dalam hal semuanya didahului oleh ketiadaan, berdasarkan dalil naqli dan aqli. Juga seluruhnya sama dalam hal bahwa semuanya pasti tidak kekal secara akal.

Dalil naqli atas sifat _baqaa’_ adalah firman Allaah _ta’aalaa_ :
 (وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ) [سورة الرحمن 27]
Maknanya: _“Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang memiliki keagungan derajat dan kemuliaan”_ (QS ar-Rahmaan: 27)

Juga firman Allaah _ta’aalaa_ :
(كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ ) [سورة القصص 88]
Maknanya: _“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali kekuasaan Allah”_ (QS al-Qashash: 88).
Imam al-Bukhari menegaskan dalam Kitab _Shahih_ nya, bahwa yang dimaksud _“wajhahu”_ dalam ayat tersebut adalah _“mulkahu”_ (kekuasaan-Nya). Jadi yang dimaksud bukanlah wajah atau muka yang merupakan anggota badan, karena Allaah Maha Suci dari anggota badan.

Disebutkan dalam hadits riwayat at-Tirmidzi dan lainnya dari Sahabat Abu Hurairah, bahwa di antara _al-Asmaa’ al-Husnaa_ adalah _al-Qayyuum, al-Baaqii, al-Waarits_ dan _al-Aakhir_ , yang semuanya bermakna bahwa Allah Maha Kekal dan tidak ada akhir bagi keberadaan-Nya.

Semoga bermanfaat.

Selasa, 17 Oktober 2017

MUTIARA HIKMAH

*سبيل الجنة*

🌹 *MUTIARA HIKMAH*🌹

✨💫♡☆ *من حلو الكلام*


🌴 حكي عن الحسن البصري رحمه الله تعالى أنه قال :

Diriwayatkan dari Imam al-Hasan al-Bishri -semoga Allah ta'ala melimpahkan rahmat kepadanya-, ia berkata:

◽ *"علمتُ أنّ رزقيَ لا يأكله غيري فاطمأن قلبي ،*

_Aku mengetahui bahwa rezkiku tidak mungkin dimakan oleh orang selain aku, maka tenanglah hatiku_.

◽ *وعلمتُ أنّ عملي لا يقوم به غيري فاشتغلتُ به وحدي ،*

_Aku mengetahui bahwa amalku tidak mungkin dikerjakan oleh orang lain, maka aku menyibukkan diri dengan amal shaleh_

◽ *وعلمتُ أنّ الله مطّلع عليّ ، فاستحييت أن يراني عاصيًا ،*

_Aku mengetahui bahwa Allah maha mengetahui segala perbuatannku, maka aku malu jika Dia melihat diriku dalam keadaan melakukan maksiat._

◽ *وعلمت أنّ الموت ينتظرني ، فأعددتُ الزاد للقاء ربي ".*

_Dan aku mengetahui bahwa kematian itu menungguku, maka akupun mempersiapkan diri dengan bekal (iman dan amal2 shaleh) untuk menghadapi kematian itu._

---------------------------------☆♡

*اللهم أصلحنا وأصلح بنا*

fb.com/Sabil.al.Jannat


🌺 _ilmu ahlussunnah adalah kunci masuk surga_🌺
علم أهل السنة مفتاح الجنة



🌹🌹🌹

Senin, 16 Oktober 2017

KEUTAMAAN MENCARI ILMU AGAMA

Keutamaan orang yang mengaji (talaqqi) ilmu agama


Ilmu agama memiliki kedudukan yang tinggi dan agung bagi orang yang mempelajarinya (secara talaqqi di hadapan guru; ahli ilmu wa al-ma'rifat yang tsiqah) maupun orang yang mengajarkannya

📖 Hadir di majlis ilmu untuk mengaji (talaqqi) satu ayat al-Qur'an lebih besar pahalanya dibanding orang shalat sunnah 100 (seratus) raka'at.

📖 Adapun hadir di majlis ilmu untuk mengaji (talaqqi) satu bab dari bab-bab ilmu agama lebih utama; yakni lebih besar kadar pahalanya dibanding pahala orang shalat sunnah 1000 (seribu) raka'at.

===========================

_Mari kita perbanyak bershalawat-salam untuk Rasulullah ﷺ dengan tartil...!!!_

🌺علم أهل السنة مفتاح الجنة🌺

Minggu, 15 Oktober 2017

MUSIBAH DIPAGI HARI

Musibah di Pagi Hari

Ia bangun tidur di pagi hari...

Nafsunya mengajaknya untuk membuka handphone...

Namun ia berkata pada dirinya : tidak, aku akan baca al Qur'an atau beberapa wirid pagi hari.

Nafsu kembali menggodanya : mulailah pagimu dengan buka hp. Baca dulu pesan-pesan yang masuk, baca berita-berita terkini, supaya hati dan pikiranmu tidak sibuk memikirkan smartphone-mu ketika engkau baca al Qur'an atau wirid pagi. Jika pikiranmu telah jernih dan fokus, maka mulailah baca al Qur'an atau wirid.
Lalu pandangan matanya terus lekat pada layar hp. Mula-mula ia buka whatsapp, lalu facebook, setelah itu twitter, lalu... lalu...

Mulailah pikiran dan hatinya tertaut dan tersibukkan dengan hal-hal yang pada mulanya tidak ada pada keduanya.

Waktu terus berlalu...

Itulah tipu muslihat hawa nafsu yang terus menerus mengajak pada keburukan, atau ia adalah trik licik Iblis dan bala tentaranya.

Waspadalah !!!

Sabtu, 14 Oktober 2017

KISAH YANG MENGAGUMKAN

KISAH YANG MENGAGUMKAN
SEMOGA KITA DAPAT MENGAPLIKASIKAN

روي عن سهلٍ التسـتري أنه كان له جار مجوسي،
Diriwayatkan dari Sahl at-Tasturi bahwa beliau mempunyai seorang tetangga yang beragama Majusi.

 فانفتح خلاء المجوسي إلى دار سهل، وصار القذر يدخل بيت سهل ويلوثه، فبقي سهل لفترة يزيل ما يجتمع من القذر في بيته حتى مرض،
Pada suatu ketika, lubang toilet rumah seorang Majusi tersebut terbuka menuju ke rumah Sahl, maka kotoran itu menjadi masuk ke rumah Sahl dan mengotorinya. Maka beberapa waktu lamanya Sahl senantiasa menghilangkan kotoran yang sudah terkumpul di rumahnya sehingga beliau sakit. 

فدعا المجوسي وأخبره بالأمر،
 وقال له: إني أخشى أن لا يتحمل ورثتي ذلك الأذى كما كنت أتحمله فيخاصمونك !
Dalam kondisi sakitnya inilah (ketika beliau merasa ajal akan tiba) beliau memanggil tetangga Majusi tersebut dan memberitahukan permasalahan ini. Beliau mengatakan kepadanya: Sesungguhnya aku merasa takut terhadap keturunanku yang tidak akan kuat menanggung kotoran ini sebagaimana aku menanggungnya, maka hal ini akan menyebabkan dia akan bertengkar denganmu. 

فتعجب المجوسي من صبر سهل على هذا الأذى العظيم ثم قال له: تعاونني بذلك هذه المدة الطويلة وتصبر علي، وأنا على غير دينك!!!
Maka tetangga Majusi tersebut merasa kagum dengan kesabaran Sahl atas gangguan yang sangat besar ini, kemudian dia berkata kepada beliau: Engkau telah menolong aku dengan kejadian ini begitu lama dan bersikap sabar terhadap aku, padahal aku tidak seagama denganmu. 

وقال له: مُدَّ يدك، مُدَّ يدك ..
 فمد سهل يده، فصافحه وقال أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدًا رسول الله
ثم مات سهل رضي الله عنه .
Lalu dia berkata kepada beliau: Ulurkan tanganmu, ulurkan tanganmu. Maka Sahl mengulurkan tangannya, lalu dia menyalaminya dan mengucapkan syahadat (ingin masuk agama Islam):
أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدًا رسول الله
Kemudian, Sahl wafat -semoga Allah meridhainya, aamiin. 

Inilah salah satu di antara contoh bertetangga dengan baik, meskipun tetangga tidak seagama, meskipun tetangga berbuat salah, maka kita harus berbuat baik.

Semoga Allah memudahkan kita untuk meneladani / mengikuti kehidupan Sahl at-Tasturi di dalam kehidupan bermasyarakat. Aamiin.

Jumat, 13 Oktober 2017

Hujjah ALLAH ADA TANPA TEMPAT

📄Hujjah Ahlussunnah wal-Jama'ah:
*Allah Ada Tanpa Tempat*
الله موجود بلا مكان

===========================

🔘 قال الله تعالى:
{فلا تضربوا لله الأمثال}
-قرءان كريم-

Maknanya: "Janganlah kalian membuat serupaan-serupaan bagi Allah"

✔ Janganlah kalian menyerupakan Allah, janganlah kalian menyamakan Allah dengan sesuatupun dari ciptaan-Nya.

✔ Sesungguhnya Allah tidak ada serupaan, tidak ada kesamaan bagi-Nya, baik pada Dzat (yakni hakikat-Nya) maupun pada segala sifat-Nya.


📚ilmu ahlussunnah adalah kunci masuk surga📚
علم أهل السنة مفتاح الجنة


✍🏻silahkan share...
semoga bermanfaat.

Kamis, 12 Oktober 2017

MULAILAH DENGAN BISMILLAH

🌴 bacalah selalu dzikr Basmalah saat memulai perkara yang baik dalam setiap kesempatan sehari-hari....

✔saat menutup pintu

✔ saat matikan lampu

✔ saat menutup wadah

dst....

☝🏻perintah Rasulullah (Hadits Shahih al-Bukhari).

✍🏻 majlis talaqqi Mukhtashar Ibnu Abi Jamrah (hadits no. 177) bersama Syekh DR. Salim Alwan al-Husayni di Jakarta.

Rabu, 11 Oktober 2017

Orang yang meninggalkan shalat tidak akan mempunyai nur dan tanda-tanda keislaman

Orang yang meninggalkan shalat tidak akan mempunyai nur dan tanda-tanda keislaman
************************
Ketahuilah bahwa wajib melaksanakan semua shalat lima waktu pada waktunya. Tidak boleh mendahulukan shalat sebelum waktunya dan tidak boleh mengakhirkan shalat dari waktunya tanpa ada halangan (udzur). Karena Allah telah berfirman:
 {فويلٌ للمصلين الذين هُم عن صلاتهم ساهون} سورة الماعون
yang dimaksud بالسهو عن الصلاة adalah mengakhirkan shalat dari waktunya sehingga masuk waktu shalat berikutnya. Allah akan menyiksa kepada orang yang mengerjakan shalat diluar waktunya dengan al-Wail, yaitu siksaan yang pedih.
Telah disebutkan dengan sanad yang shahih riwayat Ibnu Hibban bahwa Rasulullah menyatakan tentang siksaan orang yang meninggalkan shalat bahwa dia tidak akan mempunyai nur, tidak mempunyai bukti bahwa dia orang yang beriman pada hari kiamat. Dan bahwasanya dia akan dikumpulkan bersama Fir'aun, Haman, Qarun, Ubay bin Khalaf. Padahal dia meninggalkan shalat karena malas dan hal ini tidak menyebabkan dia keluar dari agama Islam, bahkan dia tetap muslim, tetapi dia termasuk orang fasiq dan termasuk pelaku dosa besar.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah:
 "خمسُ صلواتٍ كتبهُنَّ الله على العباد مَنْ أتى بهنَّ بتمامهنَّ كان له عند الله عهدٌ أن يدخله الجنة ومن لم يأت بهنَّ بتمامهنَّ فليس له عند الله عهدٌ أن يُدخله الجنة إن شاء عذبه وإن شاء أدخله الجنة".
"Allah mewajibkan shalat lima waktu terhadap hambanya, orang yang melaksanakan shalat tersebut dengan  sempurna, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Dan orang yang tidak melaksanakan shalat dengan sempurna, maka dia tidak akan mendapatkan jaminan dari Allah untuk masuk surga. Jika Allah menghendakinya (dengan keadilan-Nya), maka Allah akan menyiksanya, dan jika Allah menghendakinya (dengan rahmat-Nya), maka Allah akan memasukkannya ke surga."

Sedangkan hadits yang menyatakan yang secara zhahirnya orang yang meninggalkan shalat dihukumi kafir, maka hadits tersebut ditakwil, yaitu seperti hadits:
 "بين العبد وبين الكفر تركُ الصلاة"
Hadits ini tidak bermakna bahwa seseorang yang hanya sekedar meninggalkan shalat menjadi kafir. Hanya saja maksudnya adalah perbuatan meninggalkan shalat menyerupai perbuatan orang kafir dan hal ini merupakan ungkapan besarnya dosa orang yang meninggalkan shalat sebagaimana besarnya dosa orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah.

Kedua hadits tersebut adalah shahih, yang pertama diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dan hadits yang kedua diriwayatkan oleh al-Imam Muslim.

Maka marilah kita melaksanakan shalat lima waktu, karena hal ini merupakan tiang agama.

Semoga hidayah, taufiq dan inayah Allah senantiasa menyertai kita, aamiin.

Selasa, 10 Oktober 2017

WASIAT BUAT IBU & BAPAK UNTUK ANAK

📄  _Wahai para bapak dan para ibu ....ajarkanlah ilmu tawhid dan pokok2 ilmu agama  yang lainnya kepada anak-anak di rumah...!!!_

💠```Jagalah dirimu dan keluargamu (istri dan anak-anakmu) dari adzab neraka....

Bagaimana cara selamat dari adzab neraka???

💠 Caranya adalah dengan jalan mempelajari; mengaji (talaqqi) ilmu agama...

☝🏻inilah penuturan Imam Ali bin Abi Thalib:

"إن وقاية النفس والأهل تكون بتعلم الأمور الدينية".

📃 Seseorang yang mengaji pokok-pokok/dasar-dasar ilmu agama kepada gur [ahli ilmu wa al-ma'rifat yang tsiqaat; terpercaya] bisa membedakan (at-tamyiiz) antara iman dan kufur, perkara haqq dan perkara bathil, hukum halal dan hukum haram, taat dan maksiat...

⛔ Seseorang yang tidak mengaji; berpaling dari majlis ilmu agama yang wajib (fardhu 'ayn) hukumnya ia pelajari dipastikan tidak ada jaminan dan ia juga tidak mengetahui:

🔻 Apakah wudhu' yang ia lakukan shah ataukah tidak?

 🔺 Demikian juga shalat yang ia lakukan, puasa, zakat, haji dan umrah, dzikr, shalawat, membaca surah al-Fatihah dan lainnya dari ayat al-Qur'an serta amal2 lainnya...benar ataukah tidak, shah ataukah tidak...ia tidak mengetahuinya, disebabkan ia berpaling dari mengaji (talaqqi) ilmu agama kepada guru.```



*Wasiatkan kepada anak2 di rumah agar berpegang teguh dengan aqidah Ahlussunnah wal-Jama'ah [Asy'ariyyah-Maturidiyyah]*.

===========================


●───✸✸☘🌸☘✸✸───●
 📄 _Aqidah Rasulullah_ ﷺ :
الله موجود بلا مكان
*Allah ada tanpa tempat.*

Senin, 09 Oktober 2017

Kisah Persahabat Karena ALLAH

PERSAHABATAN DUA GURU BESAR

Betapa kuat hubungan mahabbah fillaah antAra kedua Syaikh bersahabat itu. Yakni Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani, sosok ahli hadits Tanah Suci asal Padang yang bergelar Musnid ad-Dunya, dan Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Majid, pendiri Nahdlatul Wathan.

Sampai-sampai Syaikh Yasin (ulama yg kalau kita berbicara tentang keilmuan dan akhlaknya tak akan cukup sungai nil menjadi tinta) beliau berkali-kali berkunjung ke Lombok menemui Syaikh Zainuddin.

Hingga pada tahun 1988 M, kedatangan terakhir Syaikh Yasin ke Indonesia, beliau menyampaikan 'farewell words' kepada sahabatnya: "Ini adalah kunjungan terakhirku kepadamu."

Sang sahabat kaget: "Mengapa demikian?"
Syaikh Yasin menjawab:

سأرتحل إلى الله

Betapa pecah hati sahabatnya mendengar kalimat itu.

Syaikh Yasin menyambungkan: "Sebenarnya tujuanku datang kepadamu saat ini untuk perpisahan, aku akan merasa lebih tenang kembali kepada-Nya setelah berziarah padamu"

Dan waktu berlalu. Tibalah suatu saat, ketika Syaikh Zainuddin mengimami shalat Jum'at. Tiba-tiba di tengah sholat, beliau merasa sakit dan tidak bisa melanjutkan sholat. Usai sholat, beliau berkata kepada jama'ah yg bertanya-tanya: "Saya tidak tau apa gerangan, hati saya tiba-tiba dirasuki perasaan sedih." Air mata mengalir membasahi pipinya.

Tak berselang jam, datang kabar duka kepada beliau bahwa Syaikh Yasin baru saja telah kembali ke Rahmatullah. Menangislah Syaikh Zainuddin tersedu-sedu mendengar kepergian salah satu ulama terbesar abad ini.

Dari cerita di atas kita bisa mengambil, betapa bubungan keduanya tidak terbatas pada raga, melainkan sampai pada tahap kecintaan ruhiah. Semoga mereka dan kita termasuk 7 golongan yg disebut Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dipayungi oleh Allah ketika tiada naungan selain naungan-Nya:

ورجلان تحابا في الله اجتمعا عليه وتفرقا عليه

"Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu semata-mata karena-Nya dan berpisah karena-Nya".

Pertemuan mereka bukanlah atas motif bisnis, politik, atau kepentingan apapun selain semata karena Allah.
_____________

Fp ilmutasawuf.com


Minggu, 08 Oktober 2017

ISLAMLAH AGAMA SAMAWI

ISLAMLAH AGAMA SAMAWI

Agama Samawi merupakan agama yang diturunkan oleh Allah melalui wahyu dari langit yang dibawa malaikat kepada para Nabi. Agama inilah satu2nya agama yg benar di muka bumi. Agama ini adalah agama Islam.

Islam merupakan agama seluruh Nabi. Mereka membawa agama yg diperoleh dr wahyu langit. Mereka membawa agama yg sama, agama Islam. Tdk ada satupun yg musyrik menyembah berhala, mengajarkan agama Yahudi ataupun Nasrani.

Yahudi dan Nasrani bukanlah agama samawi. Agama Samawi tidak mengajarkan manusia untuk menyembah Uzair (orang shalih dr umat nabi Musa yg dituhankan oleh orang Yahudi), Nabi Isa ataupun Ruhul Quds. Agama Samawi hanya menyeru pada aqidah tauhid, menyembah tuhan yg Esa (satu), yaitu Allaah.

Seumpama benar bahwa Yahudi dan Nasrani adalah agama Samawi, berarti dua agama itu adalah agama Islam dan pengikutnya adalah Muslim atau ahlul iman (orang yg memiliki keimanan). Tapi nyatanya, Alquran menyebut mereka dengan Ahlul kitab (orang yg menisbatkan diri pada kitab Taurat dan Injil tanpa mengimaninya). Dan penyebutan nama ini untuk mereka jelas bukan merupakan pujian, melainkan sebuah celaan. Lebih dari itu, dengan eksplisit Alquran menjustifikasi mereka sebagai orang kafir, bukan orang Islam.

Allaah ta'ala berfirman:
(يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ)
[Surat Aal-E-Imran 70]

kita tengok juga dalam surat Al Bayyinah berikut:
(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ)

Ayat tersebut jelas2 menyatakan bahwa orang2 kafir, baik ahlul kitab atau orang musyrik, akan kekal abadi di neraka.

Setelah ini semua, masih adakah orang yg berani membenarkan statemen bahwa "SEMUA AGAMA ITU SAMA, KEBENARAN HANYA MILIK TUHAN" dan berpaling dari ajaran Alquran?

Sabtu, 07 Oktober 2017

Bahayanya Berpaling Dari Majelis Ilmu

Kerugian dan Bahaya Bagi Orang Yang Berpaling Dari Majlis Ilmu Agama

💠 _Ilmu agama yang agung dan mulia ini (aqidah, fiqh, membaca al-Qur'an, tafsir, hadits dan lainnya) hanya dapat diperoleh dengan benar dengan melalui jalur mengaji (talaqqi) di hadapan guru yang ahli pada bidangnya....bukan sembarang "guru", bukan diambil dari google, internet, dengarkan radio, nonton televisi, hasil baca2 buku (dipahami dan disimpulkan sendiri) dan tanpa bimbingan guru yang tsiqah...maka ia bakal tersesat dalam hal aqidah dan ajaran agamanya....tanpa ia sadari.....⚠⚠⚠_


Seseorang yang tidak mengaji; berpaling dari majlis ilmu agama yang wajib (fardhu 'ayn) hukumnya ia pelajari dipastikan tidak ada jaminan dan ia juga tidak mengetahui:

🔻 _apakah aqidah yang diyakini benar ataukah tidak, Ahlussunnah ataukah bukan..._
[Ahlussunnah pada zaman ini adalah Asy'ariyyah-Maturidiyyah...inilah aqidah mayoritas ummat nabi Muhammad dari masa salaf hingga zaman ini...inilah aqidah ulama' nusantara yang diikuti para ulama' Nahdlatul Ulama' dari dulu hingga sekarang...).

🔻 _apakah  thaharah; bersucinya (wudhu', tayammum, mandi wajib) yang ia lakukan shah ataukah tidak?_

🔻 *demikian juga shalat yang ia lakukan, puasa, zakat, haji dan umrah, dzikr, shalawat, membaca surah al-Fatihah dan lainnya dari ayat al-Qur'an serta amal2 lainnya...benar ataukah tidak, shah ataukah tidak...ia tidak mengetahuinya, disebabkan ia berpaling dari mengaji (talaqqi) ilmu agama kepada guru.*



===========================


●───✸✸☘🌸☘✸✸───●
 📄 _Aqidah Rasulullah_ ﷺ :
الله موجود بلا مكان
*Allah ada tanpa tempat.*

Jumat, 06 Oktober 2017

Masalah Wanita

KEHATI-HATIAN DALAM PERKARA HAIDH BAGI WANITA
AGAR MENDAPATKAN RIDHA ALLAH SEMATA

Di antara kewajiban pertama bagi seorang manusia terhadap Allah setelah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mengerjakan shalat lima waktu setiap hari, yaitu zhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh.
Kewajiban ini wajib dilaksanakan sesuai dengan perintah Allah dengan mengerjakan rukun-rukun, syarat-syarat dan menjauhi hal-hal yang membatalkannya.
Kewajiban ini juga wajib dilaksanakan pada waktunya bagi seorang muslim, baligh, berakal dan suci (dari haidh dan nifas). Haram melaksanakan shalat sebelum waktunya dan tidak sah shalat yang dilaksanakan tersebut tanpa ada udzur. Begitu juga haram mengakhirkan shalat dari waktunya tanpa ada udzur, tetapi shalatnya tersebut sah.
Seseorang yang akan mengerjakan shalat kadang-kadang atau mungkin akan kedatangan penghalang, seperti haidh, nifas, gila atau pingsan. Seorang perempuan yang sudah baligh ketika akan shalat kadang-kadang akan kedatangan penghalang (haidh, nifas atau istihadhah / darah kotor).

Berikut ini ketentuannya:
1. Jika penghalang datang:
a. Wanita yang sehat (secara hukum dia dapat melaksanakan bersuci sebelum waktu shalat).
Jika haidh datang setelah berlalu masa (waktu shalat) yang memungkinkan mengerjakan shalat dalam jenjang masa tersebut, maka dia wajib mengqadha’ shalat tersebut.

Contohnya: jika waktu zhuhur jam 12.00, seorang wanita yang sehat akan melaksanakan shalat zhuhur jam 12.05, tetapi ternyata dia kedatangan haidh, maka dia wajib mengqadha’ shalat zhuhur tersebut. Karena masa waktu 5 menit dari waktu zhuhur sampai masa waktu dia terkena haidh dapat dilaksanakan shalat zhuhur. Tetapi jika dia kedatangan haidh pada jam 12.02, maka dia tidak wajib qadha shalat zhuhur tersebut, karena masa waktu 02 menit dari waktu zhuhur sampai masa waktu dia terkena haidh tidak dapat dilaksanakan shalat zhuhur.

b. Wanita yang sedang mengalami salas (keluar air kencing terus menerus) atau istihadhah (keluar darah kotor) (secara hukum dia harus bersuci setelah masuk waktu shalat).
Jika haidh datang setelah berlalu masa (waktu shalat) yang memungkinkan mengerjakan shalat dan melakukan bersuci dalam jenjang masa tersebut, maka dia wajib mengqadha shalat tersebut.

Contohnya: jika waktu zhuhur jam 12.00, seorang wanita yang mengalami salas atau istihadhah akan melakukan bersuci dan shalat zhuhur pada jam 12.15, tetapi ternyata dia kedatangan haidh, maka dia wajib mengqadha’ shalat zhuhur tersebut. Karena masa waktu 15 menit dari waktu zhuhur sampai masa waktu dia terkena haidh dapat dilaksanakan bersuci dan shalat zhuhur. Tetapi jika dia kedatangan haidh pada jam 12.05, maka dia tidak wajib qadha shalat zhuhur tersebut, karena masa waktu 05 menit dari waktu zhuhur sampai masa waktu dia terkena haidh tidak dapat dilaksanakan bersuci dan shalat zhuhur. Karena hukum perempuan yang mengalami salas atau istihadhah harus bersuci ketika waktu shalat sudah datang.

2. Jika penghalang hilang:
Jika seorang perempuan yang mengalami haidh selesai dan waktu shalat masih ada (minimal) seukuran mengucapkan Allaahu akbar atau lebih lama, maka dia wajib mengqadha’ shalat tersebut dan shalat sebelumnya, jika status shalat tersebut dan shalat sebelumnya dapat dijama’ ketika ada udzur (seperti bepergian/musafir).

Contohonya: jika waktu maghrib jam 18.00, haidh perempuan berhenti pada jam 17.58, maka perempuan tersebut wajib mengqadha’ shalat ashar dan zhuhur, karena waktu 2 atau 1 menit dari waktu 17.58 ke 18.00 cukup untuk mengucapkan Allaahu akbar, dan status shalat ashar dengan shalat zhuhur dapat dijama’ ketika dalam safar (bepergian jauh).

Sedangkan jika waktu zhuhur 12.00, haidh perempuan berhenti pada jam 11.58, maka dia wajib mengerjakan shalat zhuhur dan tidak wajib mengerjakan shalat shubuh, karena status shalat zhuhur dengan shalat shubuh tidak dapat dijama’ ketika dalam safar (bepergian jauh).

Jika waktu shubuh jam 04.30, haidh perempuan berhenti pada jam 04.28, maka dia wajib mengqadha’ shalat isya’ dan shalat maghrib, karena waktu 2 atau 1 menit dari waktu 04.28 ke 04.30 cukup untuk mengucapkan Allaahu Akbar dan status shalat isya’ dengan shalat maghrib dapat dijama’ ketika dalam safar (bepergian jauh).

Jika waktu isya’ jam 19.00, haidh perempuan berhenti pada jam 18.58, maka dia wajib mengqadha’ shalat maghrib dan tidak mengqadha’ shalat ashar, karena waktu 2 atau 1 menit dari waktu 18.58 ke 19.00 cukup untuk mengucapkan Allaahu Akbar dan status shalat maghrib dengan shalat ashar tidak dapat dijama’ ketika dalam safar (bepergian jauh).

Referensi:
Al-Qawl al-Jaliy fi Hall al-Fazh Mukhtashar Abdullah al-Harari
Sullam at-Taufiq ila Mahabbatillah ‘ala at-Tahqiq

Semoga Allah memudahkan kita untuk memahami ilmu fiqih ini sehingga ibadah kita diterima oleh Allah, aamiin.

Kamis, 05 Oktober 2017

NASEHAT BUAT KITA

🌺Nasehat🌺

Renungan untuk seseorang yang berkeinginan selamat dari adzab di alam kubur dan negeri akhirat, kelak).

===========================


📄 الذي لا يَبذُلُ جُهدَه في طَاعةِ اللهِ في حَياتِه فقَد فَاتَهُ الخَيرُ ويَبقَى مَعهُ النّدَمُ،

Seseorang yang tidak bersungguh-sungguh berusaha untuk taat kepada Allah; melakukan  amal ketaatan di masa hidupnya, niscaya akan terlewat baginya banyak amal kebaikan dan tinggallah baginya penyesalan.


⛔ والذي لا يَبذُل جُهدَه في أيّامِ شَبابِه يَعجِز بعدَ ذلكَ عن كثيرٍ منَ الأعمالِ التي تَنفَعُه في الآخِرةِ فيَندَمُ.

Seseorang yang tidak berupaya dengan sungguh-sungguh di masa mudanya, niscaya ia tak mampu lagi dari melakukan amal yang bermanfaat untuk bekal akhiratnya, maka iapun akan menyesal.

📛 فَلا يَنبغي الاشتِغالُ باللّهوِ واللّعِب عمّا يَنفَعُ الإنسانَ في قَبرِه وفي آخِرتِه.

Maka, tidak layak bagi seseorang banyak bersenda gurau dan bermain-main, namun ia lalai dari melakukan amal shaleh yang bermanfaat kelak di alam kubur dan negeri akhiratnya.


🌹 _ilmu ahlussunnah kunci masuk surga🌹_
علم أهل السنة مفتاح الجنة

Rabu, 04 Oktober 2017

MEMPERBAIKI DIRI

🌴🕌🌴 MEMPERBAIKI DIRI

Selayaknya kita sebagai manusia mulai berbenah diri.
Hendaknya kita  memprioritaskan bekal yang cukup untuk menuju kehidupan yang abadi dan mengesampingkan bekal kehidupan yang sementara ini [yakni skala prioritas].

Carilah bekal dunia hanya cukup untuk bekal diri untuk taat (dapat melakukan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya), sebab perjalanan hidup di akhirat sangatlah panjang, ujiannya berliku, banyak hal-hal yang belum pernah kita alami dan hanya bisa dilalui dengan selamat dan gemilang jika kita bersiap diri (dengan bekal utama, yaitu iman dan amal shaleh) dan bersungguh-sungguh mengupayakan bekal tersebut.

Jika kita akan mati (sesuatu yang pasti datangnya kepada manusia); sudah siapkah dengan bekal apa untuk menghadapinya?
Dimana akhir perjalanan kita???

Sungguh berbahagia dan beruntung seseorang yang selama hidup di dunia yang sementara saat ini dengan iman kepada Allah [yakni meyakini bahwa Allah ada, tanpa bermula, tiada berakhir ada-Nya, tiada menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, tanpa tempat, tanpa arah dan maha suci dari segala sifat makhluk; bilaa kayf] dan beriman kepada rasul-Nya dan banyak melakukan amal2 shaleh hingga akhir hayatnya.



📄  Amal shaleh dapat diraih melalui talaqqi; mengaji ilmu agama kepada guru2 yang tsiqah agar iman dan amal kita benar (shah dan diterima)...._

🌹ilmu ahlussunnah kunci masuk surga🌹
علم أهل السنة مفتاح الجنة

Selasa, 03 Oktober 2017

BERTEMAN MENUJU KEBAHAGIAAN

BERTEMAN MENUJU KEBAHAGIAAN

Dari Abu Dzar dari Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sendiri lebih baik dari pada berteman duduk yang buruk. Teman duduk yang shalih lebih baik dari pada sendiri. Memenuhi kebaikan lebih baik dari pada diam. Diam lebih baik dari pada memenuhi keburukan. (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan al-Baihaqi dengan sanad yang shahih)

Merupakan suatu kebahagiaan yang sesungguhnya, jika seseorang mempunyai teman yang dapat mengantarkan kepada ridha Allah.

Di antara hal yang dapat mengantarkan kepada ridha Allah adalah ilmu.

Di antara sekian banyak ilmu yang harus diutamakan adalah ilmu tauhid, ilmu shalat dan ilmu kewajiban anggota tubuh.

Cara mendapatkan ilmu harus dengan belajar kepada ulama' Ahlussunnah Waljamaah. Tidak boleh belajar hanya kepada buku, google dan semacamnya. Tidak boleh belajar kepada orang yang tidak mempunyai ilmu dan orang yang belajar kepada orang yang salah keyakinan. Karena Rasulullah telah menegaskan bahwa ummat Islam terpecah menjadi 73 golongan, ada golongan yang meyakini Allah ada di atas arsy (wahabi), ada golongan yang meyakini ada nabi lagi yang diutus setelah Nabi Muhammad (Ahmadiyah), ada golongan yang meyakini bahwa perbuatan ikhtiyar adalah ciptaan manusia itu sendiri (Mu'tazilah) dan semacamnya. Semua golongan ini, Nabi katakan adalah golongan sesat, dan yang hanya selamat adalah golongan Ahlussunnah Waljamaah. Golongan Ahlussunnah meyakini Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, Ahlussunnah meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus, Ahlussunnah meyakini bahwa perbuatan ikhtiyar adalah ciptaan Allah.

Hal inilah yang patut mendapat perhatian yang serius, yaitu belajar kepada ulama' Ahlussunnah Waljamaah secara talaqqi (face to face).

Melalui tulisan ini semoga kita menjadi teman yang mendapatkan ridha Allah, yaitu saling mengingatkan dan menambah motivasi untuk semangat belajar ilmu agama kepada ulama'.

Semoga Allah meridhai kita semua, aamiin


Senin, 02 Oktober 2017

KABAR GEMBIRA BAGI ORANG YANG BERTAKWA

KABAR GEMBIRA BAGI ORANG YANG BERTAKWA
================
Al-Imam Abu Hanifah menyatakan di dalam (kitabnya) al-Washiyyah: "Melihat Allah Ta'ala bagi penghuni surga adalah benar tanpa kaifiyyah (sifat-sifat makhluk), tanpa penyerupaan dan tanpa arah."
-----------------
Merupakan suatu nikmat yang sangat besar bagi kita yang telah diberi keimanan dengan beragama Islam. Karena tidak semua orang diberi keimanan. Hanya orang yang dicintainyalah yang diberi keimanan. Dengan keimanan ini seseorang akan bahagia dunia akhirat. Dengan keimanan ini seseorang akan masuk surga. Di antara nikmat terbesar yang diperoleh oleh penghuni surga adalah melihat Allah. Melihat Allah tentunya tidak sama dengan melihat makhluk. Allah tidak di dalam surga, Allah tidak di langit, dan Allah tidak di atas arsy. Tetapi manusia-lah yang berada di surga melihat Allah. Allah tidak di surga, Allah ada tanpa tempat.

Al-Imam Abu Hanifah menjelaskan tentang melihat Allah, yaitu:
1) Melihat Allah tanpa kaifiyyah (sifat-sifat makhluk), yaitu melihat Allah tanpa membutuhkan jarak dekat atau jauh, melihat Allah tanpa membutuhkan cahaya, melihat Allah tidak besar & tidak kecil. Melihat Allah tidak diam & tidak bergerak. Karena semua sifat-sifat makhluk adalah ciptaan Allah & Allah tidak disifati dengan sifat-sifat makhluk.
2) Melihat Allah tanpa penyerupaan, yaitu Allah tidak sama dengan manusia (beranggota tubuh, wajah, mata, mulut, tangan, kaki dan semacamnya). Allah tidak sama dengan cahaya. Jadi Allah bukan benda yg bisa dipegang oleh tangan & Allah bukan benda yang tidak bisa dipegang oleh tangan, seperti cahaya. Jadi melihat Allah tidak sama dengan melihat manusia dan tidak sama dengan melihat cahaya.
3) Melihat Allah tanpa arah, yaitu Allah tidak di depan kita, Allah tidak di belakang kita, Allah tidak di atas kita, Allah tidak di bawah kita, Allah tidak di kanan kita, Allah tidak di kiri kita, dan Allah tidak di dalam hati kita. Karena semua arah itu adalah makhluk & Allah tidak disifati dengan sifat-sifat makhluk.

Al-Imam Ahmad ar-Rifai menyatakan:
غاية المعرفة يالله الايقان بوجوده تعالي بلا كيف ولا مكان
"Batas terakhir mengenal Allah adalah meyakini  Allah Ta'ala ada tanpa disifati sifat-sifat makhluk dan (Allah ada) tanpa tempat."

Setelah meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat & tanpa arah, tentunya orang yang beriman akan di goda oleh syetan dengan membisikkan di hatinya katanya Allah ada di atas arsy, katanya Allah ada di langit, katanya Allah seperti manusia yg beranggota tubuh yang mempunyai wajah, mata, tangan & kaki. Kata-kata ini mungkin terlintas di hati siapa saja. Maka untuk menghilangkan lintasan ini, yaitu:
1) Ingatlah bahwa kaedah agama menyatakan Allah adalah Tuhan, selain Allah adalah makhluk (diciptakan). Jadi langit, arsy, surga dan lainnya adalah diciptakan & Allah tidak butuh kepada ciptaan-Nya.
2) Ingatlah pernyataan al-Imam Ahmad bin Hanbal & Dzun Nun al-Mishri:
مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك
"Apapun yang terlintas di hatimu tentang Allah (menyerupai makhluk), maka Allah berbeda dengan semua itu."

Semoga hidayah, taufiq & inayah Allah senantiasa diberikan kepada kita sehingga keimanan kita semakin kuat & berkualitas serta kita dijadikan termasuk hamba Allah yang masuk surga bersama golongan pertama tanpa hisah & tanpa adzab, aamiin bijaahi habiibikal mursaliin.

Minggu, 01 Oktober 2017

Taqwa

💠 Taqwa ini mudah diucapkan banyak orang, namun berat; tidak mudah dalam praktek kehidupan ini kecuali mereka yang mendapatkan tawfiq; pertolongan Allah untuk merealisasikan hakekat makna taqwa dalam kehidupan ini.

✍🏻 *Semoga Allah memudahkan kita proses menuju taqwa ini melalui belajar (talaqqi) ilmu agama yang wajib (fardhu 'ayn) hukumnya kita mempelajarinya...*


📄 Makna taqwa adalah:

✔ melaksanakan semua amal wajib, seperti shalat lima waktu dengan benar, mengaji pokok2 ilmu agama dan lainnya.

✔ disertai meninggalkan semua perkara haram, seperti zina, makan riba, durhaka kepada orangtua, berkata dusta walaupun bercanda, dan lainnya.

Sabtu, 30 September 2017

Nasehat Buat Umat Islam

🍃🌺Syaikh Abdullah al-Harari rahimahullaah berkata :
"Perkara yang paling penting bagi kita untuk dilakukan ialah menyebar luaskan aqidah Ahlus Sunnah dan menjelaskan macam-macam kekufuran (al-kufriyyaat) yang telah dijelaskan oleh para ulama' di dalam kitab-kitab mereka"🌺🍃

🍃🌺Beliau juga berkata :
"Adalah suatu kerugian besar atas dirimu sekiranya kamu tidak melakukan dakwah ketika kamu masih muda; maka kapankah kamu akan melakukan dakwah?!"🌺🍃

Jumat, 29 September 2017

MEMAHAMI AGAMA ISLAM

MEMAHAMI AGAMA ISLAM

Setiap orang mukallaf wajib masuk agama Islam dan menjadi pemeluk agama Islam untuk selamanya serta melaksanakan kewajiban yang wajib baginya.

Orang mukallaf adalah orang yang telah baligh, berakal dan telah sampai kepadanya dakwah Islam.

Wajib adalah suatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan siksa.

Di antara ajaran agama Islam yang pertama yang harus diketahui dan diyakini dan hal ini merupakan syarat ketika seseorang akan masuk agama Islam adalah mengucapkan:
اَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ
“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Dengan mengucapkan kalimat syahadat ini yang disertai keyakinan pasti, maka dia (orang non muslim) telah menjadi muslim dan mukmin. Kemudian dia akan menjadi orang yang sempurna iman dan Islamnya jika dia melaksakanan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.

Setelah mengetahui dan mengucapkan kalimat syahadat ini, setiap orang mukallaf harus mengetahui makna syahadat. Makna (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ) menurut al-Imam al-Hafizh Taqiyyuddin as-Subki adalah seseorang tidak boleh menyembah (merendahkan diri sampai batas terakhir) kecuali kepada Allah.

Menyembah kepada Allah atau menjadi pemeluk agama Islam harus mengetahui dan meyakini sifat-sifat wajib bagi Allah. Karena hal ini menjadi syarat diterima perbuatan ibadah seseorang. Al-Imam al-Ghazali menyatakan:
لَا تَصِحُّ الْعِبَادَةُ إِلَّا بَعْدَ مَعْرِفَةِ الْمَعْبُوْدَ
Tidak sah ibadah (yang dilakukan seseorang) kecuali setelah dia mengetahui Yang disembah (Allah).”

Di antara sifat-sifat wajib bagi Allah:

1. Wujud: Allah ada, keberadaan Allah tidak sama dengan keberadaan makhluk. Bukti bahwa Allah ada adalah alam ini dengan segala isinya. Pergantian siang dan malam yang teratur, perjalanan matahari dan bulan yang silih berganti, penciptaan manusia yang sempurna, berfungsinya anggota tubuh dengan baik, butuhnya manusia akan udara serta air dan sebagainya. Peristiwa semua ini tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Hal ini pasti ada yang menciptakan dan yang mengaturnya, yaitu Allah Ta’ala.

2. Qidam: Allah ada tanpa permulaan, yaitu tidak ada permulaan untuk keberadaan-Nya. Karena Allah yang telah menjadikan semua yang ada, maka Dia pasti bersifat qidam, tidak didahului oleh sesuatu apapun.
Allah ada sebelum terciptanya makhluk.
Allah ada sebelum terciptanya malaikat
Allah ada sebelum terciptanya manusia
Allah ada sebelum terciptanya bumi
Allah ada sebelum terciptanya langit
Allah ada sebelum terciptanya surga
Allah ada sebelum terciptanya arsy
Allah ada sebelum segala sesuatu tercipta
Jadi, Allah ada sebelum segala seuatu ada dan setelah segala sesuatu ada, Allah tetap seperti semula, Allah ada tanpa membutuhkan makhluk, karena berubah adalah salah satu sifat makhluk.

3. Baqa’: Allah kekal, keberadaan-Nya selalu ada tanpa batas akhir, Allah kekal tidak mengalami kebinasaan. Allah kekal dengan Dzat-Nya, sedangkan surga dan neraka serta penghuninya akan kekal dengan kehendak Allah.

4. Mukhalafah lil hawadits: Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
Makhluk Allah ada dua, yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena sudah mencapai batas terkecil (al-Jauhar al-Fardh) dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian. Benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Benda Katsif; yaitu sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan, seperti manusia, batu, air dan sebagainya.
b. Benda Lathif; yaitu sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti udara, cahaya dan kegelapan.
Adapun sifat-sifat benda adalah bergerak, diam, naik, turun, bersemayam, duduk dan semacamnya.
Jadi Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, karena tempat dan arah adalah makhluk. Dan Allah tidak disifati dengan sifat-sifat makhluk.

5. Qiyamuhu Binafsihi: Allah yang mengatur alam ini, Allah tidak membutuhkan kepada tempat dan arah.

6. Wahdaniyah: Allah esa pada Dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Esa pada Dzat-Nya artinya Dzat-Nya tidak tersusun dari bagian-bagian, karena Allah bukan benda dan bukan sifat benda. Dzat Allah berbeda dengan dzat makhluk-Nya. Jika dikatakan Dzat Allah, maka yang dimaksud adalah hakekat Allah. Esa pada sifat-Nya artinya sifat-Nya tidak menyerupai sifat makhluk-Nya. Esa pada perbuatan-Nya artinya perbuatan-Nya tidak menyerupai perbuatan makhluk-Nya.

7. Qudrah: Allah kuasa atas segala sesuatu yang berkaitan dengan hal yang mungkin terjadi menurut akal.

8. Iradah: Allah berkehendak yang berkaitan dengan hal yang mungkin terjadi menurut akal. Seperti Allah berkehendak menciptakan seseorang tanpa bapak dan ibu, seperti penciptaan Nabi Adam.

9. Ilmu: Allah mengetahui segala sesuatu dan ilmu Allah tidak berubah. Ilmu Allah adalah azali, yaitu adanya tanpa permulaan, tanpa proses belajar dan ilmu Allah tidak bertambah dan tidak berkurang.

10. Hayah: Allah hidup tanpa permulaan dan hidup selamanya. Allah hidup tanpa ruh, daging, darah, tulang, dan otak

11. Sama': Allah mendengar segala sesuatu. Allah mendengar tanpa telinga, lubang telinga dan daun telinga. Sifat mendengar Allah berbeda dengan ciptaan-Nya.

12. Bashar: Allah melihat segala sesuatu. Allah melihat tanpa mata, kelopak mata dan cahaya.

13. Kalam: Allah berfirman tanpa huruf, suara dan bahasa. Karena huruf, suara dan bahasa adalah ciptaan-Nya.

Al-Imam Ahmad ar-Rifa’i menyatakan:
غَايَةُ الْمَعْرِفَةِ بِاللّهِٰ اْلِايْقَانُ بِوُجُوْدِهِ تَعَالٰي بِلَا كَيْفٍ وَلَا مَكَانٍ
"Batas terakhir mengenal Allah adalah meyakini  Allah Ta'ala ada tanpa disifati sifat-sifat makhluk dan (Allah ada) tanpa tempat."

Setelah meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, tentunya orang yang beriman akan di goda oleh syetan dengan membisikkan di hatinya katanya Allah ada di atas arsy, katanya Allah ada di langit, katanya Allah seperti manusia yang beranggota tubuh yang mempunyai wajah, mata, tangan dan kaki. Kata-kata ini mungkin terlintas di hati siapa saja. Maka untuk menghilangkan lintasan ini, yaitu:

1. Ingatlah bahwa kaedah agama menyatakan Allah adalah Tuhan, selain Allah adalah makhluk (diciptakan). Jadi langit, arsy, surga dan lainnya adalah diciptakan, sedangkan Allah tidak butuh kepada ciptaan-Nya.

2. Ingatlah pernyataan al-Imam Ahmad bin Hanbal dan al-Imam Tsauban bin Ibrahim Dzun Nun al-Mishri:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللّهُٰ بِخِلَافِ ذٰلِكَ
"Apapun yang terlintas di hatimu tentang Allah (menyerupai makhluk), maka Allah berbeda dengan semua itu."

Semoga hidayah, taufiq dan inayah Allah senantiasa diberikan kepada kita sehingga kita menjadi hamba Allah yang diridhai, aamiin

Kamis, 28 September 2017

Puasa Asyura

Puasa Asyura

💐💐💐💐💐
Dari Abu Qatadah semoga Allah meridhainya berkata: Baginda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Asyura (10 Muharram). Beliau menjawab yang maknanya: "(Puasa Asyura) dapat menghapus dosa setahun yang lalu" (Hadits riwayat Muslim).

Dalam hadits lain Baginda shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda yang maknanya: "Jikalau aku panjang umur hingga tahun depan maka aku akan berpuasa 9 Muharram" (Hadits riwayat Muslim). Akan tetapi beliau wafat sebelum waktu tersebut.

Rabu, 27 September 2017

WAKTU LUANG MAKSIMALKAN DEMI MERAIH KEBAHAGIAAN

WAKTU LUANG MAKSIMALKAN
DEMI MERAIH KEBAHAGIAAN

Al-Imam Syeikh Abdullah al-Abdari al-Harari -radhiyallahu 'anhu- menyatakan: "Waktu luang jika tidak digunakan dengan sesuatu yang berguna, maka kamu akan disibukkan dengan sesuatu yang tidak berguna".

Sungguh beruntung orang yang menggunakan waktunya untuk meraih ridha Allah, sehingga kebahagiaan sejati benar-benar ia peroleh.

Di antara contoh menggunakan waktu untuk meraih ridha Allah antara lain:
- Belajar ilmu agama kepada ulama yang tsiqat dengan ikhlas,
Menyampaikan ilmu kepada orang lain dengan ikhlas,
- Membaca al-Qur'an sesuai dengan tajwid dengan ikhlas setiap hari,
- Membaca dzikir pagi dan sore, seperti al-wird al-Lathif, al-ma'tsurat, ratib dan semacamnya dengan ikhlas setiap hari,
- Membantu orang lain semampunya dengan ikhlas setiap hari
Dan masih banyak yang lain.

Semoga Allah memudahkan kita untuk menggunakan waktu luang ini dengan maksimal, sehingga ridha Allah senantiasa menyertai kita, aamiin.

Menjaga Keimanan Harus Diperhatikan

JAGALAH KEIMANAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH
MELEBIHI PENJAGAAN TERHADAP MOBIL DAN HARTA BERHARGA YANG LAIN

Sungguh merupakan nikmat yang sangat besar jika seseorang diberi keimanan dan keislaman. Karena tidak semua orang diberi keimanan dan keislaman. Dengan keimanan ini seseorang akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Orang yang mengerjakan kebaikan dengan di dasari iman, maka ia akan mendapat pahala. Sedangkan orang yang mengerjakan kebaikan tidak didasari keimanan (yaitu dia tidak beragama Islam), maka dia tidak mendapatkan pahala. Keimanan merupakan yang menentukan kehidupan seseorang di akhirat. Jika seseorang mempunyai keimanan yang benar, maka niscaya dia akan menjadi orang yang bahagia di akhirat, sehingga dia akan masuk surga. Sedangkan orang yang tidak mempunyai keimanan yang benar, maka dia akan menjadi orang yang celaka di akhrat, sehingga dia akan masuk neraka. Maka inilah modal dan harta yang paling berharga yang sebenarnya yang dimiliki seseorang. Hendaklah kita seharusnya menjaga keimanan ini dengan sungguh-sungguh melebihi penjagaan terhadap mobil dan harta berharga yang lain. Kalau kita mempunyai mobil atau motor, tentu kita pasti akan menjaganya dengan sungguh-sungguh, yaitu dengan menaruhnya di tempat yang aman, mobil / motor diparkir dengan di kunci, mobil / motor di tempatkan di rumah yang aman, rumah dipagari dan di pakai gembok, rumah dipakai cctv dan atau dijaga satpam. Beginilah kita menjaga harta yang berharga. Bagaimana kita menjaga keimanan kita ? apa saja yang telah kita lakukan untuk menjaga keimanan ini ? Padahal keimanan bisa rusak tanpa disadari, yaitu menjadi murtad (keluar dari agama Islam).
Rasulullah bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لِيَتَكَلَّمَ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِيْ بِهَا فِى النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا. رواه الترمذي
“Sesungguhnya seseorang mengucapkan suatu kalimat yang dia tidak menganggap apa-apa, (padahal kalimat tersebut menyebabkan) dia terjatuh pada dasar neraka yang membutuhkan waktu ke dasar neraka selama 70 tahun (dan dasar neraka merupakan tempat orang kafir).” (HR. at-Tirmidzi)

Menurut hadits ini bahwa seseorang kadang-kadang mengucapkan suatu kalimat yang dianggap tidak berbahaya dan dia mengira tidak termasuk maksiyat, padahal kalimat tersebut menyebabkan dia terjatuh pada dasar neraka, dan dasar neraka ini adalah tempat orang kafir. Jadi menurut hadits ini ada suatu perkataan yang menyebabkan seseorang menjadi murtad (keluar dari agama Islam).

KAEDAH: 
Tidak menjadi syarat dalam kekufuran:
1. Mengetahui hukum
Mengetahui hukum tidak menjadi syarat kekufuran, jadi orang yang tidak mengetahui hukum, hukum tersebut tetap berlaku. Seperti orang yang menginjak al-Qur’an dengan sengaja, bahwa yang diinjaknya itu adalah al-Qur’an, maka dia telah keluar dari Islam (murtad), meskipun dia tidak mengetahui hukumnya, kalau menginjak al-Qur’an dengan sengaja menyebabkan dia keluar dari Islam (murtad).
2. Lapang dada
Lapang dada (rela) tidak menjadi syarat dalam kekufuran, jadi orang yang tidak lapang dada (tidak rela) hukum tetap berlaku. Seperti orang yang menghina Allah, maka dia telah keluar dari agama Islam (murtad) meskipun dia ketika itu tidak lapang dada, mungkin ketika itu dia sedang sangat sedih karena suatu musibah, maka hukum tetap berlaku, yaitu murtad.
3. Meyakini makna lafazh
Meyakini makna lafazh tidak menjadi syarat dalam kekufuran, jadi orang yang mengatakan kata kufur, maka dia dihukumi murtad, meskipun dia tidak meyakini makna kata kufur tersebut. Seperti orang yang mengatakan; Allah berada di langit atau Allah berada di atas arsy, maka orang ini menjadi murtad, meskipun ketika dia mengatakan kata tersebut tidak meyakini makna tersebut, yaitu meskipun ketika itu keyakinan dia; Allah ada tanpa tempat.
4. Marah
Marah tidak menjadi syarat dalam kekufuran, jadi orang yang mengatakan kata kufur dalam keadaan marah, bercanda, sangat sedih, dan sangat bahagia, hukum tetap berlaku, yaitu  murtad. Imam Nawawi menyatakan: Jika seorang ayah marah terhadap anaknya dengan memukulnya dengan keras, lalu ada orang lain berkata kepadanya: Bukankah kamu seorang muslim (kok tega memukul anak dengan keras seperti itu) ?. maka sang ayah berkata: tidak, (dia mengatakan dengan segaja, bukan karena salah ucap), maka dia kafir

Maka inilah kaedah agama yang harus kita ketahui, sehingga kita berhati-hati menjaga keimanan ini. marilah kita jaga keimanan ini dengan mempelajari ilmu tauhid dan mempelajari ilmu bab riddah (ilmu yang membahas hal-hal yang menyebabkan kekufuran) sehingga kita terhindar dari kekufuran. Dan marilah kita pelajari kitab-kitab tauhid dan bab riddah ini yang terdapat pada kitab-kitab:
1. Sullamut taufiq
2. Mukhtashar Abdullah al-Harari
3. Tanwirul Qulub

Semoga Allah menganugrahkan hidayah, taufiq dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kita terhindar dari kekufuran, aamiin.

Selasa, 26 September 2017

لا إله إلا الله

🕌 Mari kita perbanyak dzikir kalimah tawhid; dzikr yang paling utama:

لا إله إلا الله

Maknanya: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.

dengan pelafalan; pengucapan huruf dan panjang (madd)-pendek yang benar.


💠 Kayfiyyah; tatacata pengucapan kalimah dzikr: 
لا إله إلا الله
✔ laa yang pertama: لا

🔺dibaca panjang, minimal 1 alif/2 harakat....boleh hingga 3 alif/6 harakat.
⛔ dan tidak boleh hilangkan sama sekali bunyi madd tersebut.
(seperti yang dilakukan sebagian orang awamm zaman ini)...


✔ kalimah: ilaaha; إله
🔺laa: 2 harakat/1 alif 
⛔ tidak boleh buang sama sekali madd tersebut.
⛔ dan tidak boleh memanjangkan ha'-nya: ه
Jadi, tidak boleh diucapkan: ilaahaa
(seperti yang dilakukan sebagian orang awamm zaman ini).

✔ kalimah: illallaah: إلا الله
🔺 lafzhul jalaalah: Allaah; الله  dibaca minimal: 2 harakat.
⛔ dan tidak boleh dibaca tanpa madd sama sekali
(seperti yang dilakukan sebagian orang pada zaman ini).
⛔ disambung (washal) pengucapannya dengan kalimah sebelumnya.

✍🏻🌹