Rabu, 27 September 2017

Menjaga Keimanan Harus Diperhatikan

JAGALAH KEIMANAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH
MELEBIHI PENJAGAAN TERHADAP MOBIL DAN HARTA BERHARGA YANG LAIN

Sungguh merupakan nikmat yang sangat besar jika seseorang diberi keimanan dan keislaman. Karena tidak semua orang diberi keimanan dan keislaman. Dengan keimanan ini seseorang akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Orang yang mengerjakan kebaikan dengan di dasari iman, maka ia akan mendapat pahala. Sedangkan orang yang mengerjakan kebaikan tidak didasari keimanan (yaitu dia tidak beragama Islam), maka dia tidak mendapatkan pahala. Keimanan merupakan yang menentukan kehidupan seseorang di akhirat. Jika seseorang mempunyai keimanan yang benar, maka niscaya dia akan menjadi orang yang bahagia di akhirat, sehingga dia akan masuk surga. Sedangkan orang yang tidak mempunyai keimanan yang benar, maka dia akan menjadi orang yang celaka di akhrat, sehingga dia akan masuk neraka. Maka inilah modal dan harta yang paling berharga yang sebenarnya yang dimiliki seseorang. Hendaklah kita seharusnya menjaga keimanan ini dengan sungguh-sungguh melebihi penjagaan terhadap mobil dan harta berharga yang lain. Kalau kita mempunyai mobil atau motor, tentu kita pasti akan menjaganya dengan sungguh-sungguh, yaitu dengan menaruhnya di tempat yang aman, mobil / motor diparkir dengan di kunci, mobil / motor di tempatkan di rumah yang aman, rumah dipagari dan di pakai gembok, rumah dipakai cctv dan atau dijaga satpam. Beginilah kita menjaga harta yang berharga. Bagaimana kita menjaga keimanan kita ? apa saja yang telah kita lakukan untuk menjaga keimanan ini ? Padahal keimanan bisa rusak tanpa disadari, yaitu menjadi murtad (keluar dari agama Islam).
Rasulullah bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لِيَتَكَلَّمَ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِيْ بِهَا فِى النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا. رواه الترمذي
“Sesungguhnya seseorang mengucapkan suatu kalimat yang dia tidak menganggap apa-apa, (padahal kalimat tersebut menyebabkan) dia terjatuh pada dasar neraka yang membutuhkan waktu ke dasar neraka selama 70 tahun (dan dasar neraka merupakan tempat orang kafir).” (HR. at-Tirmidzi)

Menurut hadits ini bahwa seseorang kadang-kadang mengucapkan suatu kalimat yang dianggap tidak berbahaya dan dia mengira tidak termasuk maksiyat, padahal kalimat tersebut menyebabkan dia terjatuh pada dasar neraka, dan dasar neraka ini adalah tempat orang kafir. Jadi menurut hadits ini ada suatu perkataan yang menyebabkan seseorang menjadi murtad (keluar dari agama Islam).

KAEDAH: 
Tidak menjadi syarat dalam kekufuran:
1. Mengetahui hukum
Mengetahui hukum tidak menjadi syarat kekufuran, jadi orang yang tidak mengetahui hukum, hukum tersebut tetap berlaku. Seperti orang yang menginjak al-Qur’an dengan sengaja, bahwa yang diinjaknya itu adalah al-Qur’an, maka dia telah keluar dari Islam (murtad), meskipun dia tidak mengetahui hukumnya, kalau menginjak al-Qur’an dengan sengaja menyebabkan dia keluar dari Islam (murtad).
2. Lapang dada
Lapang dada (rela) tidak menjadi syarat dalam kekufuran, jadi orang yang tidak lapang dada (tidak rela) hukum tetap berlaku. Seperti orang yang menghina Allah, maka dia telah keluar dari agama Islam (murtad) meskipun dia ketika itu tidak lapang dada, mungkin ketika itu dia sedang sangat sedih karena suatu musibah, maka hukum tetap berlaku, yaitu murtad.
3. Meyakini makna lafazh
Meyakini makna lafazh tidak menjadi syarat dalam kekufuran, jadi orang yang mengatakan kata kufur, maka dia dihukumi murtad, meskipun dia tidak meyakini makna kata kufur tersebut. Seperti orang yang mengatakan; Allah berada di langit atau Allah berada di atas arsy, maka orang ini menjadi murtad, meskipun ketika dia mengatakan kata tersebut tidak meyakini makna tersebut, yaitu meskipun ketika itu keyakinan dia; Allah ada tanpa tempat.
4. Marah
Marah tidak menjadi syarat dalam kekufuran, jadi orang yang mengatakan kata kufur dalam keadaan marah, bercanda, sangat sedih, dan sangat bahagia, hukum tetap berlaku, yaitu  murtad. Imam Nawawi menyatakan: Jika seorang ayah marah terhadap anaknya dengan memukulnya dengan keras, lalu ada orang lain berkata kepadanya: Bukankah kamu seorang muslim (kok tega memukul anak dengan keras seperti itu) ?. maka sang ayah berkata: tidak, (dia mengatakan dengan segaja, bukan karena salah ucap), maka dia kafir

Maka inilah kaedah agama yang harus kita ketahui, sehingga kita berhati-hati menjaga keimanan ini. marilah kita jaga keimanan ini dengan mempelajari ilmu tauhid dan mempelajari ilmu bab riddah (ilmu yang membahas hal-hal yang menyebabkan kekufuran) sehingga kita terhindar dari kekufuran. Dan marilah kita pelajari kitab-kitab tauhid dan bab riddah ini yang terdapat pada kitab-kitab:
1. Sullamut taufiq
2. Mukhtashar Abdullah al-Harari
3. Tanwirul Qulub

Semoga Allah menganugrahkan hidayah, taufiq dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kita terhindar dari kekufuran, aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar