This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 26 September 2023

APA ITU IKHLAS?

APA ITU IKHLAS?

Ikhlas adalah mengerjakan ketaatan karena Allah taala semata. Hanya Allah, tidak karena makhluk lain. 

Dengan begitu, seseorang yang ikhlas amalnya tidaklah ada di dalam hatinya mengharap pujian dari orang lain ketika mengerjakan suatu ketaatan, tidak pula agar terpandang mulia di depan mata orang lain ketika melakukan kebaikan.

Dan telah Allah menjadikan ikhlas sebagai syarat di terimanya segala amal sholih untuk memperoleh pahala. 

Maka orang yang sholat, puasa, membaca Al Quran namun di dalam hatinya ingin dipuji, tidaklah ada pahala untuk orang tersebut.

Minggu, 24 September 2023

Sebagian Mukjizat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

"Sebutkanlah sebagian mukjizat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam"

: "Di antara Mukjizat beliau Shallallahu Alaihi Wasallam adalah tangisan kuat dari batang kurma, ini merupakan kabar yang Mutawatir.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di saat memberikan Khutbah beliau bersandar pada batang pohon kurma Di masjidnya sebelum dibuatkan untuk beliau sebuah mimbar,
lalu Dikatakan Kepada beliau: "wahai Rasulullah Andaikan kami buatkan untuk Anda mimbar" beliau pun menjawab: "lakukanlah jika kalian mau".
ketika beliau dibuatkan mimbar Rasul pun menaiki mimbar tersebut dan memulai khutbahnya dengan berdiri di atas mimbar, namun setelahnya terdengar suara tangisan seperti Tangisan Anak kecil dari batang kurma yang di tinggal Rasul tersebut, tangisan yang menunjukkan Kerinduan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Allah menjadikan pada pohon ini kehidupan Meskipun tidak ada Ruh di sana, Allah jadikan untuknya perasaan sehingga rindu terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dan tangisan pohon kurma ini didengar oleh seluruh yang ada di Masjid Rasul saat itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun turun lalu mendekap dan memeluknya hingga batang kurma tersebut terdiam.

Juga di antara mukjizat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beliau mampu membuat hewan menyampaikan apa yang sedang terjadi padanya.

Telah diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Al-Baihaqi dalam kitab Dalail An-Nubuwwah dengan sanad yang shahih dari hadisnya ya'la Bin Murrah ia berkata: "Ketika Kami berjalan bersama Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam lewat di hadapan kami seekor unta yang mangangkut air di atasnya, dan disaat unta tersebut melihat Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam dia mengeluarkan suara dari tenggorokannya lalu merendahkan lehernya, Nabi pun berdiri di dekatnya lalu bertanya: "Di manakah pemilik unta ini"? Lalu pemiliknya datang, Nabi pun mengatakan kepadanya: "Juallah unta ini kepadaku!", sang pemilik mengatakan: "Kalau engkau mau ya Rasulullah kami akan berikan kepadamu sebagai hadiah! hanya saja dia ini milik sebuah keluarga yang tidak memiliki sumber kehidupan selain darinya"
Baginda Nabi pun mengatakan: "Adapun berdasarkan yang engkau Sebutkan itu maka dia telah mengadukan kepadaku pekerjaan yang ditanggungnya terlalu banyak sementara makanan yang ia dapatkan sedikit, maka saya perintahkan kalian agar berlaku baik kepada unta Ini!".

juga di antara mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah memancarnya air deras dan besar dari sela-sela jari Baginda Nabi.

Mukjizat seperti ini belum pernah terjadi pada Nabi-Nabi sebelumnya selain kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, di mana air memancar dari sesuatu yang berasal daripada tulang, otot-otot, daging dan darah.

Ini lebih luar biasa daripada memancarnya air dari batu keras yang dipukul oleh Nabi Musa dengan tongkatnya karena keluarnya air dari batu sesuatu yang bisa di jumpai, berbeda dengan keluarnya air daripada daging dan darah.

Berita tentang memancarnya air yang begitu deras dan banyak dari tangannya Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ini diriwayatkan oleh Jabir, Anas, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu Laila Al-Anhsari dan Abu Rafi'.

Juga di antara mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengembalikan mata sahabat Qatadah setelah copot dari tempatnya.

Telah diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab dalailun Nubuwwah dari Qatadah bin Nu'man Radhiallahu 'Anhu bahwasanya ia terluka saat peperangan Badar sehingga menggantung bola matanya di atas pipinya, para sahabat yang melihat itu ingin memotongnya, namun Mereka bertanya kepada Rasulullah beliau menjawab: "tidak jangan dipotong!" beliau pun berdoa lalu mengusap bola mata tersebut dengan tangannya dan mengembalikannya ke posisinya, dan Qatadah pun sembuh, bahkan ia tidak tahu mata manakah yang pernah terluka, karena telah sembuh dengan baik sekali.

Dan di antara Mukjizat beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bertasbihnya makanan di tangan Beliau sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari hadis Ibnu Mas'ud juga.

Juga diantara Mukjizat beliau terbelahnya bulan, pernah suatu ketika orang-orang kafir meminta beliau agar menunjukkan kepada mereka suatu bukti bahwa beliau adalah seorang Nabi beliau, pun mengisyaratkan kepada bulan tersebut hingga bulan itu terbelah menjadi dua, dan itu disaksikan orang-orang yang ada di Makkah saat itu bahkan disaksikan oleh orang-orang di luar Makkah.

Jumat, 22 September 2023

Ciri Fisik Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

"Jelaskanlah sebagian ciri fisik Nabi kita seperti Apa"

: Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam warna kulitnya putih cerah, putih kemerah-merahan.

Kepala beliau sempurna tidak kecil serta tidak berlebihan besarnya.

Rambutnya hitam pekat tidak keriting dan tidak terlalu lurus, memiliki sedikit gelombang .

Terkadang panjang rambutnya sampai ke ujung bawah daun telinga dan terkadang memanjang sampai ke pundaknya, beliau tidak pernah berbotak kecuali pada saat Haji atau Umroh.

Tidak terdapat uban pada beliau kecuali hanya sekitar 20 helai rambut pada kepala dan wajahnya.

Tinggi beliau Normal tidak pendek dan tidak Jangkung(terlalu tinggi), normal Namun lebih condong ke tinggi.

beliau tidak gendut dan tidak kurus, dada dan perut beliau sama(tidak ada yang lebih maju dari yang lainnya).

Pundak beliau lebar dan bentuk wajahnya lebih dekat ke bentuk bulat, seakan-akan matahari melintas di wajah beliau, berseri-seri bagai purnama.

Dahi beliau lebar serta Alis baginda Nabi melengkung memanjang tidak melebar.

Telapak tangan dan telapak kakinya
berisi(tidak kurus) mata beliau hitam bagian yang hitamnya dan putih bagian yang putihnya dan ada tampak garis-garis merah kecil di sana.

Terdapat bulu di lengan bawah tangan Beliau serta di pundaknya dan dadanya bagian atas.

bulu memanjang lurus dari dada beliau ke pusarnya seperti garis.

Jenggot beginda Nabi lebat tidak terlihat kulit dari sela-selanya.

Hidung beliau mancung namun tidak berlebihan.

Mulut beliau bagus tidak kecil.

Gigi beliau indah, ada sela-sela diantaranya, seakan-akan tampak cahaya dari sana.

Tulang nya kokoh serta Pertemuan tulang beliau(seperti siku dan lutut) besar.

Bagian tengah telapak kaki baginda naik (tidak dalam sekali) tidak menempel dengan tanah(yaitu bagian pada telapak kaki yang biasanya tidak bersentuhan dengan tanah.

Jika baginda Nabi menoleh maka ia Akan menoleh dengan seluruh badannya(bukan hanya dengan kepala saja)

Jalannya cepat seakan sedang menurun dari tempat tinggi.

Yang baru melihat beliau akan segan karena wibawanya yang luar biasa, lalu yang bergaul dengan beliau untuk mengenalnya akan sangat mencintainya.

Baginda Nabi mengucapkan Salam terlebih dahulu di saat berjumpa dengan yang lain.

Akan berkata setiap yang mencoba mensifainya:
"Sebelum Ini tidak pernah aku melihat Orang sesempurna Ini dan setelah ini juga tidak akan kutemui orang sepertinya".
(Karena merasa tidak mampu menggambarkanya secara sempurna)

Barang siapa yang melihat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa sallam dalam tidurnya dalam bentuk Ciri fisiknya yang asli maka para ulama mengatakan itu adalah kabar gembira bagi orang tersebut bahwa dia akan meninggal dalam keadaan Iman serta tidak disiksa di kubur dan di akhirat.
صلى الله عليه وسلم

Akhlak Rasulullaah

"Sebutkanlah sebagian akhlak Nabi seperti apa"

: Allah berfirman tentangnya:
(وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِیمࣲ)
[Surat Al-Qalam 4]
yang maknanya:
"Sesungguhnya engkau Wahai Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang luhur".

Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha ketika ditanya tentang akhlaknya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengatakan: "Akhlak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah Al-Quran"
[Hadis Riwayat Muslim].

Artinya setiap perilaku baik yang disebutkan dalam Al-Quran terdapat pada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Al-bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhu bahwasanya ia berkata:
"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah orang yang paling indah wajahnya dan paling baik perilakunya".

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah orang yang paling lembut dan sabar dan paling adil dan paling menjaga kehormatan dan paling dermawan.

Tidak berdiam di rumah beliau Dinar atau dirham, dan ia tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok karena begitu kuatnya keyakinannya terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala dan tawakalnya kepadanya.

Jika ia memiliki sesuatu yang lebih dan belum ia dapatkan orang untuk ia berikan kepadanya hal tersebut sehingga datang malam hari maka ia tidak akan pulang ke rumahnya hingga harta tersebut di kirim kepada yang membutuhkannya.

Jika beliau dimintai oleh seseorang bantuan beliau akan memberikan bantuan tersebut, dan jika beliau belum mampu memberikan bantuan tersebut beliau akan menyampaikan sesuatu yang meringankan beban orang tersebut.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang sangat pemalu beliau tidak menetapkan pandangannya di wajah seseorang(tidak memandangnya terus menerus).

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam orang yang sangat penyayang dalam pergaulannya dengan anak kecil, begitu juga beliau orang yang paling tawadhu (rendah hati) tidak segan duduk dengan para Fakir Miskin dan makan bersama mereka.

beliau tidak segan untuk memberikan bantuan kepada para perempuan yang telah ditinggal mati oleh suaminya, atau untuk orang miskin atau untuk budak, beliau tunaikan Hajat-hajat mereka.

Beliau Tidak segan untuk mengendarai baghal(peranakan dari kuda dan keledai) atau terkadang keledai dan bahkan terkadang beliau berjalan kaki tanpa memakai Rida atau sorban.

beliau tidak pernah mengarahkan kakinya ke wajah sahabatnya dan seringnya tertawa beliau adalah dalam bentuk senyum, beliau lebih banyak melihat ke arah bawah karena larut dalam tafakkur dan juga karena kerendahan hati beliau.

beliau sering dalam keadaan bersedih karena selalu memikirkan keadaan hari kiamat yang akan dihadapi oleh umatnya, beliau menangis dalam salatnya Karena rasa takutnya kepada Allah meskipun beliau adalah makhluk yang paling Allah muliakan.

Jika ada seseorang yang mengajak beliau berbicara maka beliau akan menghadap orang itu dengan tubuhnya sepenuhnya(tidak hanya dengan melirik atau dengan mengarahkan wajah saja) karena kerendahan hati yang begitu luar biasa.

Beliau menghadiri undanga, baik dari budak atau seorang yang merdeka dan mau menerima hadiah dan bahkan memberikan balasan atas hadiah tersebut.

Jika beliau dihadiahi makanan beliau akan memakannya Namun beliau tidak mau memakan sedekah(karena Hal itu tidak boleh untuk beliau).

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah mencela makanan sedikit pun, jika beliau senang terhadap makanan tersebut beliau akan memakannya, dan jika beliau tidak senang maka beliau tinggalkan tanpa mencelanya.

Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mau mengunjungi orang yang sakit dan menghadiri jenazah, peduli terhadap keadaan para sahabatnya, memuliakan orang yang memiliki jasa dan Tidak segan dan takut untuk berjalan di antara musuhnya tanpa ada pengawalan.

Beliau tidak mau membalas hanya demi dirinya saja kecuali jika dilanggar syariat Allah, beliau orang yang sangat pemaaf tidak pendendam beliau akan lebih dahulu mengucapkan salam terhadap orang yang ia temui meskipun itu anak kecil.

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Bercanda baik dengan Orang dewasa atau anak kecil Namun dalam candaanya Nabi tetap mengucapkan kebenaran bukan kebohongan.

beliau tidak meninggalkan dzikir kepada Allah baik dalam keadaan duduk atau dalam berdiri atau keadaan lainnya tidak berbicara kecuali dengan sesuatu yang terdapat di situ pahala.

Jika orang berbicara kepada baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam maka beliau tidak akan memotongnya hingga orang itu menyelesaikannya dan pergi duluan meninggalkan majelis.
صلى الله عليه وسلم.

Selasa, 19 September 2023

Silsilah Nasab Mulia Nabi Muhammad

Silsilah Nasab Mulia Nabi Muhammad ﷺ

Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah, atau 570 Masehi. Karena itu, tiap bulan Rabiul Awal, umat Islam menggelar perayaan Maulid Nabi ﷺ.
Disebut tahun gajah karena di tahun yang sama dengan kelahiran Nabi, pasukan gajah Abrahah hendak menyerang Ka'bah dan dihancurkan burung Ababil.

Nabi Muhammad ﷺ adalah putra dari pasangan suami istri yang mulia, sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib dan sayyidah Aminah binti Wahab. Kedua orang tersebut berasal dari keturunan mulia dari nasab terpilih.

Disebutkan dalam hadits secara gamblang bahwa Rasulullah ﷺ berasal dari keturunan pilihan dari yang terpilih. Ini Merujuk pada bani Kinanah yang terpilih dari keturunan Nabi Ismail, Quraisy yang terpilih dari keturunan Kinanah, dan Hasyim dari keturunan Quraisy. Allah ta'ala menurunkan Rasulullah ﷺ dari keturunan Ismail bin Ibrahim 'alayhimassalâm hingga Nabi Adam 'alayhissalam. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

بُعِثْتُ مِن خَيرِ قُرُونِ بَنِي آدَمَ قَرْنا فَقَرنا حَتَّى بُعثتُ من القرن الذي كُنتُ مِنه

Artinya: "Aku diutus dari keturunan bani Adam yang terbaik pada setiap kurunnya, hingga sampai pada kurun dimana aku dilahirkan" (HR. Bukhari).

Melihat nasab beliau hingga Nabi Ibrahim dan Adam 'alayhimassalâm, disimpulkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ berasal dari golongan termulia dari yang mulia. Dalam nasabnya, tak ada cela yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ memang dipersiapkan sebagai Sayyidul Anbiya' wal Mursalin, pemimpin para nabi dan rasul.

Senin, 11 September 2023

Kabar baik kepada Murid² Syaikh Abdullah al Harari

*Kabar Gembira untuk Murid-murid Imam Abdullah al-Harari*

Suatu ketika, Syeikh Omar Kalasy mengisi ceramah di salah satu daerah di Malaysia. Usai ceramah, beliau bertanya kepada panitia tentang makam ulama' dan wali setempat untuk diziarahi. Mereka lalu menyebutkan nama seorang wali di Kelantan yang tersohor dengan nama Tok Kenali, guru daripada Syeikh Utsman Jalaluddin Penang.

Ketika berziarah, Syeikh Omar Kalasy berkata dalam hatinya: "Ya Allah, andaikan beliau ini (Tok Kenali) adalah seorang daripada wali, maka tunjukkanlah 'alamah (tanda) kepadaku." Setelah itu, beliau pulang ke rumah.

Berselang beberapa hari, beliau mengajar para pelajar ilmu agama di pondok. Di tengah kegiatan belajar, salah satu santri berkata: "Wahai syeikh, tadi malam saya bermimpi baik". Syeikh Omar Kalasy menjawab: "Mimpi apa? Cuba ceritakan kepada kita semua!".
"Saya melihat seseorang yang sudah tua dan berkulit kecoklatan mendatangi saya. Saya lihat dari kejauhan dan saya kira beliau adalah syeikh Abdullah Al-Harari atau Tok Kenali. Rupanya beliau mengaku bernama Tok Kenali, ulama' negeri Kelantan", cerita santri tersebut.
"Apa yang beliau cakap?" Tanya syeikh Omar Kalasy heran, karena beliau tidak pernah bercerita kepada para santri perihal ziarah ke Makam Tok Kenali beberapa hari sebelumnya.

Santri itu menjawab "Beliau kata kepada saya sebuah nasihat:
يا عز الدين، اثبت على علم الشيخ عبدالله الهرري واجتهد في العمل
(Wahai Izzuddin, tetaplah kamu pada ilmu Syeikh Abdullah Al-Harari serta bersungguh-sungguhlah dalam beramal), setelah itu saya bangun tidur"

"Subhanallah" kata Syeikh Omar Kalasy di hadapan para santri. "Sekarang kalian sudah dengar sendiri, apa yang Tok Kenali kata, bahwa apa yang yang diajarkan oleh Syeikh Abdullah Al-Harari tidaklah beda dengan ajaran para ulama' Melayu dan Nusantara. Semuanya sama-sama berakidah Ahlussunnah Wal Jama'ah, mengikuti paham Imam Abul Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Keyakinan bahwa Allah Ta'ala ada tanpa tempat.

Jumat, 08 September 2023

Pengertian Tabarruk

Pengertian Tabarruk

Tabarruk berasal dari kata al-Barakah. Arti al-Barakah adalah tambahan dan perkembangan dalam kebaikan (az-Ziyadah Wa an-Nama’ Fi al-Khair). Barakah (kebaikan) dalam harta adalah ketika bertambah banyak dan digunakan dalam ketaatan kepada Allah. Barakah dalam keluarga adalah ketika anggotanya berjumlah banyak dan berakhlak mulia. Barakah dalam waktu adalah lamanya masa dan terselesaikan semua urusan dalam masa yang ada. Barakah dalam kesehatan adalah kesempurnaan dalam kesehatan itu sendiri. Barakah dalam umur adalah panjang usia dan banyak beramal baik dalam rentang usia yang panjang tersebut. Barakah dalam ilmu adalah ketika ilmu itu semakin bertambah banyak dan diamalkan serta bermanfaat untuk orang banyak. Dengan demikian barakah itu adalah laksana pundi-pundi kebaikan (Jawami’ al-Khair) dan berlimpahnya nikmat yang diperoleh dari Allah.
Dari penjelasan ini dipahami bahwa makna Tabarruk adalah: “Thalab Ziyadah al-Khair Min Allah”. Artinya, meminta tambahan kebaikan dari Allah.

Di antara sekian banyak hal yang Allah jadikan sebab bagi seseorang untuk memperoleh barakah dari-Nya adalah bertabarruk dengan para Nabi, para wali, dan dengan para ulama yang mengamalkan ilmu-ilmunya (al-‘Ulama al-Amilin), serta dengan orang-orang saleh. Allah berfirman mengenai ucapan nabi Yusuf:

اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا (يوسف: 93)

“Pergilah kalian dengan membawa gamisku ini, lalu letakkanlah ke wajah ayahku, maka ia akan dapat melihat kembali”. (QS. Yusuf: 93)

Dalam ayat ini terdapat penjelasan bahwa Nabi Ya'qub bertabarruk dengan gamis Nabi yusuf. Nabi Ya’qub mencium dan menyentuhkan gamis tersebut ke matanya, sehingga beliau bisa melihat kembali.

Dalil-Dalil Tabarruk

Para sahabat Rasulullah telah mempraktekkan tabarruk (mencari berkah) dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah, baik di masa hidup Rasulullah maupun setelah beliau meninggal. Dari semenjak itu semua ummat Islam hingga kini masih tetap melakukan tradisi baik yang merupakan ajaran syari’at ini. Kebolehan perkara ini diketahui dari dalil-dalil yang sangat banyak, di antaranya sebagai berikut:

1. Perbuatan Rasulullah yang telah membagi-bagikan potongan rambut dan potongan kuku-kukunya.

A. Rasulullah membagi-bagikan rambutnya, ketika beliau bercukur di saat haji Wada’, haji terakhir yang beliau lakukan. Beliau juga membagi-bagikan potongan kukunya.
Pembagian rambut ini diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim dari hadits sahabat Anas ibn Malik. Dalam lafazh riwayat Imam Muslim, Anas berkata:

لمَاّ رَمَى صَلّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ الجمرَةَ وَنَحَرَ نُسُكَهُ وَحَلَقَ نَاوَلَ الحَالِقَ شِقَّهُ الأيْمَنَ فَحَلَقَ، ثمَّ دعَا أبَا طَلْحَةَ الأنْصَارِيَّ فأعْطاهُ ثمّ نَاوَلَهُ الشِّقَ الأيْسَرَ فقَال "احْلِق"، فحَلَق، فأعْطَاهُ أبَا طَلحَةَ فقَال: اقْسِمْهُ بَيْنَ النّاس. وَفِي روَاية: فَبَدَأ بالشِّق الأيْمَنِ فَوَزَّعهُ الشّعْرَةَ وَالشّعْرَتَين بَيْنَ النّاس ثمّ قاَل: بالأيْسَر، فَصَنَعَ مثلَ ذَلكَ ثمّ قَال: ههُنَا أبُو طَلحَة، فَدَفَعهُ إلَى أبيْ طَلحَة. وَفي روَاية أنّه عَليهِ الصّلاَةُ وَالسّلامُ قَالَ للحَلاّق: هَا، وأشَارَ بيَدهِ إلَى الجَانِب الأيْمَن فَقَسَمَ شَعْرَهُ بَيْنَ مَنْ يَليْهِ، ثمّ أشَارَ إلَى الحَلاّق إلَى الجَانِبِ الأيْسَر فَحَلقَهُ فَأعْطَاهُ أمَّ سُلَيم (رَواهُ مُسْلم)

“Setelah selesai melempar Jumrah dan memotong kurbannya, Rasulullah kemudian bercukur. Beliau mengulurkan bagian kanan rambutnya kepada tukang cukur untuk memotongnya. Kemudian Rasulullah memanggil Abu Thalhah al-Anshari dan memberikan kepadanya potongan rambut tersebut. Lalu Rasulullah mengulurkan bagian kiri rambutnya kepada tukang cukur tersebut, sambil berkata: “Potonglah..!”. Lalu potongan rambut tersebut diberikan kembali kepada Abu Thalhah, seraya berkata: “Bagikanlah di antara manusia”.

Dalam riwayat lain, -disebutkan-: “Maka mulai -dipotong rambut- dari bagian kanan kepala Rasulullah dan beliau membagikan sehelai, dua helai rambut di antara manusia. Kemudian dari bagian kiri, juga dibagi-bagikan. Rasulullah berkata kepada Abu Thalhah: “Abu Thalhah kemarilah...!”, kemudian Rasulullah memberikan Potongan rambutnya kepadanya.

Dalam riwayat, -sebagai berikut-: “Rasulullah berkata kepada tukang cukur: “(Cukurlah) Bagian sini...!”, sambil beliau memberi isyarat ke bagian kanannya. Kemudian Rasulullah membagikannya kepada orang-orang yang berada di dekatnya. Lalu memberi isyarat kembali kepada tukang cukur ke bagian kirinya, setelah dicukur kemudian potongannya diberikan kepada Umu Sulaim”. (HR. Muslim)

Dalam hadits-hadits ini kita melihat bahwa Rasulullah sendiri yang membagi-bagikan sebagian rambutnya di antara orang-orang yang ada di dekatnya, sebagian lainnya diberikan kepada Abu Thalhah untuk dibagikan kepada semua orang, dan sebagian lainnya beliau berikan kepada Ummu Sulaim.

B. Rasulullah membagikan potongan kuku-kukunya. Diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad ibn Hanbal dalam Musnad-nya bahwa Rasulullah memotong kuku-kukunya dan membagi-bagikannya di antara manusia.

Faedah Hadits:

Dalam hadits-hadits di atas terdapat penjelasan dan dalil-dalil kuat tentang tabarruk dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah. Rasulullah sendiri yang membagi-bagikan potongan rambutnya di antara para sahabatnya, agar mereka bertabarruk dengannya. Juga agar mereka menjadikannya sebagai wasilah dalam berdoa kepada Allah, serta menjadikan rambut-rambut yang mulia tersebut sebagai jalan untuk bertaqarrub kepada-Nya. Rasulullah membagi-bagikan rambut-rambutnya agar menjadi berkah yang terus menerus ada dan sebagai kenangan bagi para sahabatnya, juga bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Dari sinilah kemudian orang-orang yang dimuliakan Allah dalam kehidupan mereka mengikuti apa yang dilakukan para sahabat dalam mencari berkah dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah. Dimana hal ini kemudian menjadi tradisi yang diwarisi kaum Khalaf dari kaum Salaf. Sudah barang tentu Rasulullah membagi-bagikan potongan rambut dan potongan kuku-nya bukan untuk dimakan oleh para sahabat tersebut, melainkan agar mereka bertabarruk dengan rambut dan potongan kuku tersebut.

2. Para sahabat juga bertabarruk dengan jubah Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya. Sebagai berikut:

عَنْ مَوْلَى أسْمَاءَ بِنْتِ أبِي بَكْر، قَالَ: أخْرَجَتْ إليْنَا جُبّةً طَيَالِسَةً كَسْرَوَانِيّةً لَهَا لَبِنَةُ دِيْبَاجٍ وَفَرْجَاهَا مَكْفُوْفَانِ، وَقَالَتْ: هذِهِ جُبّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللهُ عَليْهِ وَسَلّمَ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ، فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا، وَكَانَ النّبيّ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلّمَ يَلبِسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى نَسْتَشْفِيْ بِهَا، وَفي روَاية: نَغْسِلُهَا للمَرِيْضِ مِنَّا (رَواه مُسْلم)

“Dari hamba sahaya Asma’ binti Abi Bakar ash-Shiddiq, bahwa ia berkata: “Asma’ binti Abi Bakar mengeluarkan jubah --dengan motif-- thayalisi dan kasrawani (semacam jubah kaisar) berkerah sutera yang kedua lobangnya tertutup. Asma’ berkata: “Ini adalah jubah Rasulullah. Semula ia berada di tangan ‘Aisyah. Ketika ‘Aisyah wafat maka aku mengambilnya. Dahulu jubah ini dipakai Rasulullah, oleh karenanya kita mencucinya agar diambil berkahnya sebagai obat bagi orang-orang yang sakit”. Dalam riwayat lain: “Kita mencuci (mencelupkan)-nya di air dan air tersebut menjadi obat bagi orang yang sakit di antara kita”.

3. Para sahabat Rasulullah dan kaum Tabi'in melakukan tabarruk dengan bekas tempat telapak tangan Rasulullah. Dalam sebuah hadits diriwayatkan sebagai berikut:

عَنْ حَنْظَلَةَ بْنِ حَذْيَمٍ قَالَ: وَفَدْتُ مَعَ جَدّيْ حَذْيَمٍ إلَى رَسُولِ اللهِ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلّمَ، فَقَال: يَا رَسُولَ اللهِ إنّ لِيْ بَنِيْنَ ذَوِيْ لِحًى وَغَيْرَهُمْ وَهَذَا أصْغَرُهُمْ، فَأدْنَانِي رَسُولُ الله صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلّمَ وَمَسَحَ رَأسِي، وَقَال: بَارَك اللهُ فِيْكَ، قَالَ الذّيالُ: فَلَقَدْ رَأيْتُ حَنْظَلَةَ يُؤْتَى بالرّجُلِ الوَارِمِ وَجْهُهُ أوِ الشّاةِ الوَارِمِ ضَرْعُهَا، فَيَقُوْلُ: بسْمِ اللهِ عَلَى مَوْضِعِ كَفّ رَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللهُ عَليْهِ وَسَلّمَ فَيَمْسَحُهُ فُيَذْهَبُ الوَرمُ (روَاه الطّبَرانيّ في الأوْسَط وَالكَبيْر بنَحْوِه، وأحمَدُ فِي حَديثٍ طَوِيْلٍ وَرِجَالُ أحْمَدَ ثِقَاتٌ)

“Dari sahabat Hanzhalah ibn Hadzyam, bahwa ia berkata: “Aku mengikuti rombongan bersama kakekku; Hadzyam menuju Rasulullah. Kakekku berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulallah, aku memiliki beberapa anak laki-laki yang sudah besar dan ini yang paling kecil di antara mereka". Kemudian Rasulullah mendekatkan diriku ke dekatnya, lalu ia mengusap kepalaku seraya berkata: “Barakallah Fik” (Semoga Allah memberikan berkah kepadamu).

Adz-Dzayyal berkata: “Aku melihat Hanzhalah didatangi orang yang bengkak wajahnya atau orang yang membawa kambing yang bengkak susunya, kemudian Hanzhalah mengucapkan:

بِسْمِ اللهِ عَلَى مَوْضِعِ كَفِّ رَسُوْلِ اللهِ

“Dengan nama Allah atas tempat usapan telapak tangan Rasulullah”, kemudian ia mengusap orang tersebut hingga hilanglah bengkaknya. (Diriwayatkan al-Imam ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath dan al-Mu’jam al-Kabir, juga diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dalam hadits yang panjang yang semua para perawinya tsiqat (terpercaya).

4. Para Tabi’in melakukan tabarruk dengan kemuliaan mata sahabat Rasulullah yang pernah melihat Rasulullah, dan bertabarruk dengan tangan yang telah menyentuh Rasulullah di masa hidupnya. Perlakuan kaum Tabi’in ini sedikitpun tidak diingkari oleh para sahabat Nabi, sebaliknya mereka menyetujui perlakuan tersebut. Dalam sebuah hadits diriwayatkan sebagai berikut:

عَنْ ثَابِتٍ قَالَ: كُنْتُ إذَا أَتَيْتُ أنَسًا يُخْبرُ بِمَكَانِي فَأدْخُلُ عَلَيْهِ فَآخُذُ بيَدَيْهِ فَأُقَبِّلُهُمَا وَأقُوْلُ: بَأبِي هَاتَانِ اليَداَنِ اللَّتاَنِ مَسّتَا رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَأُقَبّلُ عَيْنَيْهِ وَأقُوْلُ: بِأبِي هَاتَانِ العَيْنَانِ اللّتَانِ رَأتَا رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ (رَوَاهُ أبُو يَعْلَى وَرِجَالهُ رجَالُ الصّحِيْحِ غَيْرُ عَبْدِ اللهِ بنِ أبِي بَكْر المَقْدميّ وَهُوَ ثِقَةٌ)

“Dari Tsabit al-Bunani -Salah seorang dari Tabi'in ternama, murid Anas ibn Malik- berkata: “Apabila aku mendatangi Anas ibn Malik, ia (Anas) --selalu-- diberitahu tentang kedatanganku, maka aku menemuinya dan meraih kedua tangannya untuk aku cium. Aku berkata: “Sungguh, kedua tangan inilah yang telah menyentuh jasad Rasulullah”, kemudian juga aku cium kedua matanya, aku berkata: “Sungguh, kedua mata inilah yang telah melihat Rasulullah”. (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan para perawinya adalah para perawi Shahih selain ‘Abdullah ibn Abu Bakar al-Maqdimi dan dia adalah perawi yang terpercaya (Tsiqah).

5. Para Sahabat melakukan tabarruk dengan tanah kuburan Rasulullah. al-Imam Ahmad ibn Hanbal dalam kitab Musnad, al-Imam ath-Thabarani dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir dan kitab al-Mu’jam al-Awsath, dan al-Imam al-Hakim dalam kitab Mustadrak-nya meriwayatkan bahwa pada suatu ketika Marwan ibn al-Hakam, -salah seorang Khalifah Bani Umayyah di masanya-, datang melewati makam Rasulullah. Dia mendapati seseorang meletakkan wajahnya di atas makam tersebut karena menumpahkan kerinduan dan ingin memperoleh berkah dari Rasulullah. Marwan menghardik orang tersebut: “Sadarkah engkau dengan apa yang sedang engkau perbuat?!”. Orang dimaksud menoleh, dan ternyata dia adalah sahabat Abu Ayyub al-Anshari, salah seorang sahabat Rasulullah terkemuka. Kemudian sahabat Abu Ayyub berkata: “Iya (aku sadar), aku mendatangi Rasulullah dan aku tidak mendatangi sebongkah batu. Aku mendengar Rasulullah bersabda:

لاَ تَبْكُوْا عَلَى الدِّيْنِ إِذَا وَلِيَهُ أَهْلُهُ، وَلكِنْ ابْكُوْا عَلَيْهِ إِذَا وَلِيَهُ غَيْرُ أَهْلِهِ

“Jangan tangisi agama ini jika dikendalikan oleh ahlinya, tetapi tangisilah agama ini apabila ia dikendalikan oleh orang yang bukan ahlinya”. (Maksud sahabat Abu Ayyub: “Engkau, wahai Marwan tidak layak menjadi seorang Khalifah”).

Dalam kitab Wafa’ al-Wafa, as-Samhudi meriwayatkan dengan sanad yang jayyid (kuat) bahwa sahabat Bilal bin Rabah ketika pindah ke Syam dan tinggal di sana, kemudian beliau berziarah ke makam Rasulullah di Madinah. Setelah sampai di makam Rasulullah, ia meneteskan air mata dan membolak-balikkan wajahnya di atas tanah makam Rasulullah”.
As-Samhudi juga menukil dari Kitab Tuhfah Ibn ‘Asakir bahwa ketika Rasulullah telah dimakamkan, as-Sayyidah Fatimah datang kemudian berdiri di samping makam lalu mengambil segenggam tanah dari makam Rasulullah tersebut dan ia letakkan tanah itu ke matanya kemudian ia menangis...”.

6. al-Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak, dan al-Hafizh al-Baihaqi dalam kitab Dala-il an-Nubuwwah, dan lainnya meriwayatkan dengan sanad-nya dari sahabat Khalid ibn al-Walid, bahwa di perang Yarmuk beliau kehilangan pecinya. Khalid berkata -kepada prajuritnya-: “Carilah peci saya!”. Mereka mencari-cari namun mereka tidak menemukannya. Setelah dicari-cari kembali akhirnya mereka menemukannya dan ternyata peci tersebut adalah peci yang sudah sangat lusuh. Khalid berkata:

اعْتَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَحَلَقَ رَأسَهُ فَابْتَدَرَ النّاسُ جَوَانِبَ شَعْرِهِ فَسَبَقْتُهُمْ إلَى نَاصِيَتهِ فَجَعَلْتُهَا فِي هذِهِ القَلَنْسُوَةِ فَلَمْ أشْهَدْ قِتَالاً وَهِيَ مَعِيْ إلاّ رُزِقْتُ النَّصْرَ

“Ketika Rasulullah melakukan umrah (Ji’ranah) dan memotong rambutnya, banyak orang memburu bagian pinggir rambutnya. Namun aku berhasil mendahului mereka meraih rambut dari ubun-ubunnya dan aku letakan di peci ini, hingga tidak ada satu peperanganpun yang aku ikuti dan rambut itu bersama-ku kecuali aku diberi kemenangan”.

Kisah ini diriwayatkan dengan sanad yang shahih. Al-Muhaddits Habib ar-Rahman al-A’zhami dalam Ta’liq-nya terhadap al-Mathalib al-‘Aliyah karya al-Hafizh Ibn Hajar menuliskan: “al-Hafizh al-Bushiri mengatakan: Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad yang shahih. Al-Hafizh al-Haytsami mengatakan: Ath-Thabarani dan Abu Ya’la meriwayatkan riwayat serupa, dan para perawi keduanya adalah para perawi yang shahih” .

7. Para sahabat melakukan tabarruk dengan air wudlu Rasulullah. al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari ‘Aun ibn Abi Juhaifah, dari ayahnya, bahwa ia berkata: “Aku mendatangi Rasulullah dan aku melihat Bilal mengambilkan air wudlu-nya, dan aku melihat orang-orang merebutkan -bekas- air wudlu Rasulullah tersebut. Orang yang dapat mengambilnya lalu ia mengusapkannya ke tubuhnya, dan orang yang tidak memperoleh bagian, maka ia mengambil dari tangan temannya yang masih basah”.

8. Para sahabat bertabarruk dengan bagian mimbar Rasulullah. Ibn Abi Syaibah dalam kitab Mushannaf-nya meriwayatkan dari Abu Maududah berkata: “Telah mengkhabarkan kepadaku Yazid ibn Abd al-Malik bin Qasith, bahwa ia berkata: “Aku menyaksikan banyak dari para sahabat Rasulullah jika masjid telah sepi mereka berdiri menuju bagian mimbar yang biasa dipegang oleh tangan Nabi lalu mereka mengusapnya dan berdoa”. Abu Mawdudah berkata: “Saya juga melihat Yazid melakukan hal itu”.

9. Dalam kitab Su-alat ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal, -putera al-Imam Ahmad ibn Hanbal-, bahwa ia (‘Abdullah) berkata: “Aku bertanya kepada ayahku (Ahmad ibn Hanbal), tentang seseorang yang menyentuh dan mengusap bagian mimbar yang biasa dipegang oleh tangan Rasulullah untuk bermaksud bertabarruk dengannya, demikian juga aku tanyakan tentang orang yang mengusap kuburan Rasulullah -untuk tujuan itu-”. Ayahku menjawab: “Tidak apa-apa (boleh)”.
Dalam Kitab al-‘Ilal Wa Ma’rifah ar-Rijal disebutkan: “Aku (‘Abdullah) bertanya kepada ayahku (Ahmad ibn Hanbal) tentang orang yang menyentuh mimbar Rasulullah dan bertabarruk dengan menyentuh dan menciumnya, dan melakukan hal itu terhadap kuburan Rasulullah atau semacamnya, ia dengan itu bermaksud untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Ia (Ahmad ibn Hanbal) menjawab: “Tidak apa-apa (boleh)” .
Dengan demikian, apa yang hendak dikatakan oleh kalangan anti tabarruk dari orang-orang Wahhabiyyah tentang Imam Ahmad ibn Hanbal yang mereka banggakan sebagai panutan mereka?! Apakah mereka akan mengatakan Ahmad ibn Hanbal mengajarkan perbuatan syirik, karena beliau membolehkan dan bahkan mencontohkan tabarruk?! Hendak “kabur” ke mana mereka dari bukti-bukti ini?!

Kerancuan Kalangan Anti Tabarruk

Kalangan yang anti tabarruk, tawassul, dan semacamnya seringkali ketika mereka terbentur dengan hadits-hadits atau amaliah para ulama salaf dan khalaf yang bertentangan dengan pendapat mereka, mereka mengatakan:

A. Hadits-hadits tentang tabarruk dan tawassul ini khusus berlaku kepada Rasulullah!.
B. Mereka, para ulama tersebut melakukan perbuatan yang tidak ada dalilnya, dengan demikian harus ditolak, siapa-pun orang tersebut!.

Jawab:
A. Kita katakan kepada mereka: Adakah dalil yang mengkhususkan tabarruk, tawassul dan istighotsah hanya kepada Rasulullah saja?! Mana dalil kekhususan (Khushushiyyah) tersebut?! Apakah setiap ada hadits yang bertentangan dengan pendapat kalian, kemudian kalian katakan bahwa khusus berlaku kepada Rasulullah saja?! Mari kita lihat berikut ini pemahaman para ulama kita tentang hadits-hadits tabarruk dan semacamnya, bahwa mereka memahaminya tidak hanya khusus kepada Rasulullah saja.
Al-Imam Ibn Hibban dalam kitab Shahih-nya menuliskan sebagai berikut:

بَابُ ذِكْرِ إِبَاحَةِ التَّـبَرُّكِ بِوَضُوْءِ الصَّالِحِيْنَ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ إِذَا كَانُوْا مُتَّبِعِيْنَ لِسُنَنِ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ، عَنْ ابْنِ أَبِيْ جُحَيْفَةَ، عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ فِيْ قُبَّةٍ حَمْرَاءَ وَرَأَيْتُ بِلاَلاً أَخْرَجَ وَضُوْءَهُ فَرَأَيْتُ النَّاسَ يَبْتَدِرُوْنَ وَضُوْءَهُ يَتَمَسَّحُوْنَ.

“Bab menyebutkan kebolehan tabarruk dengan bekas air wudlu orang-orang saleh dari kalangan para ulama, jika mereka memang orang-orang mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah”. Dari Ibn Abi Juhaifah, dari ayahnya, bahwa ia berkata: Aku melihat Rasulullah di Qubbah Hamra’, dan aku melihat Bilal mengeluarkan air wudlu Rasulullah, kemudian aku melihat banyak orang memburu bekas air wudlu tersebut, mereka semua mengusap-usap dengannya” .

Dalam teks di atas sangat jelas bahwa Ibn Hibban memahami tabarruk sebagai hal yang tidak khusus kepada Rasulullah saja, tetapi juga berlaku kepada al-Ulama al-‘Amilin. Karena itu beliau mencantumkan hadits tentang tabarruk dengan air bekas wudlu Rasulullah di bawah sebuah bab yang beliau namakan: “Bab menyebutkan kebolehan tabarruk dengan bekas air wudlu orang-orang saleh dari kalangan para ulama, jika mereka memang orang-orang mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah”.
Syekh Mar’i al-Hanbali dalam Ghayah al-Muntaha menuliskan:

وَلاَ بَأْسَ بِلَمْسِ قَبْرٍ بِيَدٍ لاَ سِيَّمَا مَنْ تُرْجَى بَرَكَتُهُ

“Dan tidak mengapa menyentuh kuburan dengan tangan, apalagi kuburan orang yang diharapkan berkahnya” .

Bahkan dalam kitab al-Hikayat al-Mantsurah karya al-Hafizh adl-Dliya’ al-Maqdisi al-Hanbali, disebutkan bahwa beliau (adl-Dliya’ al-Maqdisi) mendengar al-Hafizh ‘Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali mengatakan bahwa suatu ketika di lengannya muncul penyakit seperti bisul, dia sudah berobat ke mana-mana dan tidak mendapatkan kesembuhan. Akhirnya ia mendatangi kuburan al-Imam Ahmad ibn Hanbal. Kemudian ia mengusapkan lengannya ke makam tersebut, lalu penyakit itu sembuh dan tidak pernah kambuh kembali.

As-Samhudi dalam Wafa’ al-Wafa mengutip dari al-Imam al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani, bahwa beliau berkata:

اِسْتَنْبَطَ بَعْضُهُمْ مِنْ مَشْرُوْعِيَّةِ تَقْبِيْلِ الْحَجَرِ الأَسْوَدِ جَوَازَ تَقْبِيْلِ كُلِّ مَنْ يَسْتَحِقُّ التَّعْظِيْمَ مِنْ ءَادَمِيٍّ وَغَيْرِهِ، فَأَمَّا تَقْبِيْلُ يَدِ الآدَمِيِّ فَسَبَقَ فِيْ الأَدَبِ، وَأَمَّا غَيْرُهُ فَنُقِلَ عَنْ أَحْمَدَ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ تَقْبِيْلِ مِنْبَرِ النَّبِيِّ وَقَبْرِهِ فَلَمْ يَرَ بِهِ بَأْسًا، وَاسْتَبْعَدَ بَعْضُ أَتْبَاعِهِ صِحَّتَهُ عَنْهُ وَنُقِلَ عَنْ ابْنِ أَبِيْ الصَّيْفِ اليَمَانِيِّ أَحَدِ عُلَمَاءِ مَكَّةَ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ جَوَازُ تَقْبِيْلِ الْمُصْحَفِ وَأَجْزَاءِ الْحَدِيْثِ وَقُبُوْرِ الصَّالِحِيْنَ، وَنَقَلَ الطَّيِّبُِ النَّاشِرِيُّ عَنْ الْمُحِبِّ الطَّبَرِيِّ أَنَّهُ يَجُوْزُ تَقْبِيْلُ الْقَبْرِ وَمسُّهُ قَالَ: وَعَلَيْهِ عَمَلُ العُلَمَاءِ الصَّالِحِيْنَ.

“-Al-Hafizh Ibn Hajar mengatakan- bahwa sebagian ulama mengambil dalil dari disyari'atkannya mencium hajar aswad, kebolehan mencium setiap yang berhak untuk diagungkan; baik manusia atau lainnya, -dalil- tentang mencium tangan manusia telah dibahas dalam bab Adab, sedangkan tentang mencium selain manusia, telah dinukil dari Ahmad ibn Hanbal bahwa beliau ditanya tentang mencium mimbar Rasulullah dan kuburan Rasulullah, lalu beliau membolehkannya, walaupun sebagian pengikutnya meragukan kebenaran nukilan dari Ahmad ini. Dinukil pula dari Ibn Abi ash-Shaif al-Yamani, -salah seorang ulama madzhab Syafi'i di Makkah-, tentang kebolehan mencium Mushaf, buku-buku hadits dan makam orang saleh. Kemudian pula Ath-Thayyib an-Nasyiri menukil dari al-Muhibb ath-Thabari bahwa boleh mencium kuburan dan menyentuhnya, dan dia berkata: Ini adalah amaliah para ulama saleh” .

Tentang keraguan dari sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut Ahmad ibn Hanbal yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di atas jelas tidak beralasan sama sekali. Karena pernyataan Ahmad ibn Hanbal tersebut telah kita kutipkan langsung dari buku-buku putera beliau sendiri, yatiu ‘Abdullah ibn Ahmad dalam kitab Su-alat ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal dan al-‘Ilal Wa Ma’rifah ar-Rijal seperti telah kita sebutkan di atas.

Al-Badr al-‘Aini dalam ‘Umdah al-Qari mengutip dari al-Muhibb ath-Thabari bahwa ia berkata sebagai berikut:

وَيُمْكِنُ أَنْ يُسْتَنْبَطَ مِنْ تَقْبِيْلِ الْحَجَرِ وَاسْتِلاَمِ الأَرْكَانِ جَوَازُ تَقْبِيْلِ مَا فِيْ تَقْبِيْلِهِ تَعْظِيْمُ اللهِ تَعَالَى فَإِنَّهُ إِنْ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ خَبَرٌ بِالنَّدْبِ لَمْ يَرِدْ بِالكَرَاهَةِ، قَالَ: وَقَدْ رَأَيْتُ فِيْ بَعْضِ تَعَالِيْقِ جَدِّيْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِيْ بَكْرٍ عَنْ الإِمَامِ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِيْ الصَّيْفِ أَنَّ بَعْضَهُمْ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَصَاحِفَ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى أَجْزَاءَ الْحَدِيْثِ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى قُبُوْرَ الصَّالِحِيْنَ قَبَّلَهَا، قَالَ: وَلاَ يَبْعُدُ هذَا وَاللهُ أَعْلَمُ فِيْ كُلِّ مَا فِيْهِ تَعْظِيْمٌ للهِ تَعَالَى.

“Dapat diambil dalil dari disyari'atkannya mencium hajar aswad dan melambaikan tangan terhadap sudut-sudut Ka’bah tentang kebolehan mencium setiap sesuatu yang jika dicium maka itu mengandung pengagungan kepada Allah. Karena meskipun tidak ada dalil yang menjadikannya sebagai sesuatu yang sunnah, tetapi juga tidak ada yang memakruhkan. Al-Muhibb ath-Thabari melanjutkan: Aku juga telah melihat dalam sebagian catatan kakek-ku; Muhammad ibn Abi Bakar dari al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Abu ash-Shaif, bahwa sebagian ulama dan orang-orang saleh ketika melihat mushaf mereka menciumnya. Lalu ketika melihat buku-buku hadits mereka menciumnya, dan ketika melihat kuburan orang-orang saleh mereka juga menciumnya. ath-Thabari mengatakan: Ini bukan sesuatu yang aneh dan bukan sesuatu yang jauh dari dalilnya, bahwa termasuk di dalamnya segala sesuatu yang mengandung unsur Ta'zhim (pengagungan) kepada Allah. Wa Allahu A’lam” .

Dari teks-teks ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa para ahli hadits, seperti al-Imam Ibn Hibban, al-Muhibb ath-Thabari, al-Hafizh adl-Dliya’ al-Maqdisi al-Hanbali, al-Hafizh ‘Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali, dan para ulama penulis Syarh Shahih al-Bukhari, seperti al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani dengan Fath al-Bari’, al-Badr al-'Aini dengan ‘Umdah al-Qari’, juga para ahli Fikih madzhab Hanbali seperti Syekh Mar’i al-Hanbali dan lainnya, semuanya memiliki pemahaman bahwa kebolehan tabarruk tidak khusus berlaku kepada Rasulullah saja.

Dari sini, kita katakan kapada orang-orang anti tabarruk: Apa sikap kalian terhadap teks-teks para ulama ini?! Apakah kalian akan akan mengatakan bahwa para ulama tersebut berada di dalam kesesatan, dan hanya kalian yang benar dengan ajaran baru kalian?!

B. Jika dalil-dalil yang telah kita sebutkan itu bukan dalil, lalu apa yang mereka maksud dengan dalil? Apakah yang disebut dalil hanya jika disebutkan oleh panutan-panutan mereka saja?! Siapakah yang lebih tahu dalil dan memahami agama ini, apakah mereka yang anti tabarruk ataukah al-Imam Ahmad ibn Hanbal dan para ulama ahli hadits dan ahli fikih?! Benar, orang yang tidak memiliki alasan kuat akan mengatakan apapun, termasuk sesuatu yang tidak rasional, bahkan terkadang oleh dia sendiri tidak dipahami.