Jumat, 29 September 2017

MEMAHAMI AGAMA ISLAM

MEMAHAMI AGAMA ISLAM

Setiap orang mukallaf wajib masuk agama Islam dan menjadi pemeluk agama Islam untuk selamanya serta melaksanakan kewajiban yang wajib baginya.

Orang mukallaf adalah orang yang telah baligh, berakal dan telah sampai kepadanya dakwah Islam.

Wajib adalah suatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan siksa.

Di antara ajaran agama Islam yang pertama yang harus diketahui dan diyakini dan hal ini merupakan syarat ketika seseorang akan masuk agama Islam adalah mengucapkan:
اَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ
“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Dengan mengucapkan kalimat syahadat ini yang disertai keyakinan pasti, maka dia (orang non muslim) telah menjadi muslim dan mukmin. Kemudian dia akan menjadi orang yang sempurna iman dan Islamnya jika dia melaksakanan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.

Setelah mengetahui dan mengucapkan kalimat syahadat ini, setiap orang mukallaf harus mengetahui makna syahadat. Makna (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ) menurut al-Imam al-Hafizh Taqiyyuddin as-Subki adalah seseorang tidak boleh menyembah (merendahkan diri sampai batas terakhir) kecuali kepada Allah.

Menyembah kepada Allah atau menjadi pemeluk agama Islam harus mengetahui dan meyakini sifat-sifat wajib bagi Allah. Karena hal ini menjadi syarat diterima perbuatan ibadah seseorang. Al-Imam al-Ghazali menyatakan:
لَا تَصِحُّ الْعِبَادَةُ إِلَّا بَعْدَ مَعْرِفَةِ الْمَعْبُوْدَ
Tidak sah ibadah (yang dilakukan seseorang) kecuali setelah dia mengetahui Yang disembah (Allah).”

Di antara sifat-sifat wajib bagi Allah:

1. Wujud: Allah ada, keberadaan Allah tidak sama dengan keberadaan makhluk. Bukti bahwa Allah ada adalah alam ini dengan segala isinya. Pergantian siang dan malam yang teratur, perjalanan matahari dan bulan yang silih berganti, penciptaan manusia yang sempurna, berfungsinya anggota tubuh dengan baik, butuhnya manusia akan udara serta air dan sebagainya. Peristiwa semua ini tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Hal ini pasti ada yang menciptakan dan yang mengaturnya, yaitu Allah Ta’ala.

2. Qidam: Allah ada tanpa permulaan, yaitu tidak ada permulaan untuk keberadaan-Nya. Karena Allah yang telah menjadikan semua yang ada, maka Dia pasti bersifat qidam, tidak didahului oleh sesuatu apapun.
Allah ada sebelum terciptanya makhluk.
Allah ada sebelum terciptanya malaikat
Allah ada sebelum terciptanya manusia
Allah ada sebelum terciptanya bumi
Allah ada sebelum terciptanya langit
Allah ada sebelum terciptanya surga
Allah ada sebelum terciptanya arsy
Allah ada sebelum segala sesuatu tercipta
Jadi, Allah ada sebelum segala seuatu ada dan setelah segala sesuatu ada, Allah tetap seperti semula, Allah ada tanpa membutuhkan makhluk, karena berubah adalah salah satu sifat makhluk.

3. Baqa’: Allah kekal, keberadaan-Nya selalu ada tanpa batas akhir, Allah kekal tidak mengalami kebinasaan. Allah kekal dengan Dzat-Nya, sedangkan surga dan neraka serta penghuninya akan kekal dengan kehendak Allah.

4. Mukhalafah lil hawadits: Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
Makhluk Allah ada dua, yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena sudah mencapai batas terkecil (al-Jauhar al-Fardh) dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian. Benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Benda Katsif; yaitu sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan, seperti manusia, batu, air dan sebagainya.
b. Benda Lathif; yaitu sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti udara, cahaya dan kegelapan.
Adapun sifat-sifat benda adalah bergerak, diam, naik, turun, bersemayam, duduk dan semacamnya.
Jadi Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, karena tempat dan arah adalah makhluk. Dan Allah tidak disifati dengan sifat-sifat makhluk.

5. Qiyamuhu Binafsihi: Allah yang mengatur alam ini, Allah tidak membutuhkan kepada tempat dan arah.

6. Wahdaniyah: Allah esa pada Dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Esa pada Dzat-Nya artinya Dzat-Nya tidak tersusun dari bagian-bagian, karena Allah bukan benda dan bukan sifat benda. Dzat Allah berbeda dengan dzat makhluk-Nya. Jika dikatakan Dzat Allah, maka yang dimaksud adalah hakekat Allah. Esa pada sifat-Nya artinya sifat-Nya tidak menyerupai sifat makhluk-Nya. Esa pada perbuatan-Nya artinya perbuatan-Nya tidak menyerupai perbuatan makhluk-Nya.

7. Qudrah: Allah kuasa atas segala sesuatu yang berkaitan dengan hal yang mungkin terjadi menurut akal.

8. Iradah: Allah berkehendak yang berkaitan dengan hal yang mungkin terjadi menurut akal. Seperti Allah berkehendak menciptakan seseorang tanpa bapak dan ibu, seperti penciptaan Nabi Adam.

9. Ilmu: Allah mengetahui segala sesuatu dan ilmu Allah tidak berubah. Ilmu Allah adalah azali, yaitu adanya tanpa permulaan, tanpa proses belajar dan ilmu Allah tidak bertambah dan tidak berkurang.

10. Hayah: Allah hidup tanpa permulaan dan hidup selamanya. Allah hidup tanpa ruh, daging, darah, tulang, dan otak

11. Sama': Allah mendengar segala sesuatu. Allah mendengar tanpa telinga, lubang telinga dan daun telinga. Sifat mendengar Allah berbeda dengan ciptaan-Nya.

12. Bashar: Allah melihat segala sesuatu. Allah melihat tanpa mata, kelopak mata dan cahaya.

13. Kalam: Allah berfirman tanpa huruf, suara dan bahasa. Karena huruf, suara dan bahasa adalah ciptaan-Nya.

Al-Imam Ahmad ar-Rifa’i menyatakan:
غَايَةُ الْمَعْرِفَةِ بِاللّهِٰ اْلِايْقَانُ بِوُجُوْدِهِ تَعَالٰي بِلَا كَيْفٍ وَلَا مَكَانٍ
"Batas terakhir mengenal Allah adalah meyakini  Allah Ta'ala ada tanpa disifati sifat-sifat makhluk dan (Allah ada) tanpa tempat."

Setelah meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, tentunya orang yang beriman akan di goda oleh syetan dengan membisikkan di hatinya katanya Allah ada di atas arsy, katanya Allah ada di langit, katanya Allah seperti manusia yang beranggota tubuh yang mempunyai wajah, mata, tangan dan kaki. Kata-kata ini mungkin terlintas di hati siapa saja. Maka untuk menghilangkan lintasan ini, yaitu:

1. Ingatlah bahwa kaedah agama menyatakan Allah adalah Tuhan, selain Allah adalah makhluk (diciptakan). Jadi langit, arsy, surga dan lainnya adalah diciptakan, sedangkan Allah tidak butuh kepada ciptaan-Nya.

2. Ingatlah pernyataan al-Imam Ahmad bin Hanbal dan al-Imam Tsauban bin Ibrahim Dzun Nun al-Mishri:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللّهُٰ بِخِلَافِ ذٰلِكَ
"Apapun yang terlintas di hatimu tentang Allah (menyerupai makhluk), maka Allah berbeda dengan semua itu."

Semoga hidayah, taufiq dan inayah Allah senantiasa diberikan kepada kita sehingga kita menjadi hamba Allah yang diridhai, aamiin

0 komentar:

Posting Komentar