Selasa, 31 Desember 2019

NABI MUHAMMAD BUKAN DICIPTAKAN DARI CAHAYA DAN BUKAN MAKHLUK PERTAMA

((((MATERI RUDUD))))
NABI MUHAMMAD BUKAN DICIPTAKAN DARI CAHAYA
DAN
BUKAN MAKHLUK PERTAMA

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk tanpa membutuhkan bantuan dari yang lain dan tidak disifati dengan letih.

Dan makhluk yang pertama diciptakan Allah adalah sejenis makhluk bernama air (al-maa’), namun ia bukanlah air yang selalu kita dapati di sekitar kita, kemudian yang kedua ‘Arsy.
Dan dengan adanya air maka ketika itulah adanya tempat dan waktu, namun sebelumnya, maka belum ada tempat dan juga belum ada waktu.

Allah berfirman:
وجعلنا من الماء كل شىء حي
Maknanya: “Dan Aku ciptakan semua yang hidup dari air” (Surat Al-Anbiyaa : 30)

Pada suatu hari sekelompok shahabat datang dari daerah Yaman menemui Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam dengan tujuan ingin mendalami ilmu agama kepada Rasulullah.
Mereka kemudian mengatakan kepada beliau: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mendatangi anda adalah untuk mendalami ilmu agama, maka tolong terangkan kepada kami makhluk apakah yang pertama kali diciptakan oleh Allah?”.
Maka Rasulullallah shallallahu ‘alahi wasallam kemudian bersabda:
كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَىءٌ غَيْرُهُ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ
Maknanya: “Allah adalah Dzat yang Azali (ada tanpa memiliki permulaan) dan tidak ada selain Allah yang azali, dan makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah air (sejenis makhluk namanya air), kemudian setelahnya ‘Arsy diciptakan dari air tersebut” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, al-Baihaqqi dan Ibnu al-Jarud).

Sebelum menjawab pertanyaan mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada mereka hal yang lebih penting lagi, yaitu Tentang tauhid.
Beliau menjelaskan bahwa Allah subahanahu wa ta’ala ada tanpa memiliki permulaan (Azali), berbeda dengan makhluk yang pada mulanya tidak ada kemudian menjadi ada (baharu/Hadits).
Hanya Allah sajalah yang Azali, dan semua selain Allah adalah hadits (memiliki permulaan).
Sebelum makhluk ada... Allah ada tanpa makhluk... tanpa ‘Arsy.., tanpa langit,.. tanpa surga dan tanpa satupun dari makhluk, maka demikian jugalah setelah makhluk ada, Allah tetap ada tanpa butuh kepada makhluk.....
sebelum adanya tempat tidak dikatakan dimana Allah...maka setelah diciptakannya tempat..tetap tidak dikatakan dimana Allah...karena yang ditanya dengan dimana itu adalah makhluk...
Barulah kemudian Rasulullah menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa makhluk pertama adalah sejenis makhluk bernama air, Kemudian yang kedua adalah ‘Arsy yang diciptakan dari air tersebut.

Keduanya adalah makhluk pertama dari jenis makhluk yang dapat dirasakan oleh panca indra....sedangkan makhluk pertama dari jenis yang tidak dirasakan oleh panca indra (ghairu mahsus) adalah waktu dan tempat

Jadi air tersebut diciptakan oleh Allah tanpa memiliki asal sebelumnya,... dan hal ini bukan suatu hal yang mustahil bagi Allah, barulah kemudian semua benda katsif (benda yang dapat disentuh dengan tangan) diciptakan berasal dari air tersebut.

Allah berfirman
وكان عرشه على الماء
Maknanya: “Dan ‘Arsy dicipatakan Allah dari Air” (surat Huud : 7)

Al-imam ‘Abdurrazzaq dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan Makhluk yang pertama adalah air,... kemudian ‘Arsy.

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menyatakan bahwa makhluk pertama adalah air tersebut.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka teranglah bagi kita kesalahan fatwa yang mengatakan bahwa nur muhammad adalah makhluk pertama.

Meskipun kemudian mereka beralasan dengan hadits Jabir yang disitu dikatakan:
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ خَلَقَهُ مِنْ نُوْرِهِ قَبْلَ الأَشْيَاءِ
Dalam kalimat yang mereka tulis ini tertulis kata-kata: “makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah nur Nabimu wahai jabir, nur itu diciptakan dari nurnya sebelum segala sesuatu”.

Maka sesungguhnya hadits ini merupakan hadits yang maudlu’ (palsu), dan hadits palsu tidak bisa dijadikan dalil dalam masalah aqidah dan fiqih. Ia dihukumi maudlu’ dikarenakan hal berikut:

*****Pertama:
Hadits tersebut bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadits shahih serta Ijma’ yang dengan sangat jelas menyatakan bahwa makhluk pertama adalah air. Dan telah menjadi kaidah para ulama bahwasanya jika ada suatu riwayat hadits yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits shahih serta ijma’ kemudian riwayat tersebut tidak bisa ditakwil maka berarti ia adalah maudlu’ (palsu).

****Kedua:
Dalam hadits tersebut terdapat susunan kata yang rakik (saling bertentangan karena tidak sesuai dengan kaidah bahasa).
Pertentangan tersebut dapat dilihat pada penggalan pertama, dimana disitu mereka mengatakan bahwa makhluk pertama adalah nur Muhammad, sedangkan pada penggalan kedua mereka menyatakan bahwa nur Muhammad itu di ciptakan dari nur lain.
Jadi, berdasarkan penggalan kedua bukan nur Muhammad yang merupakan makhluk pertama, akan tetapi nur lain yang diciptakan darinya nur Muhammad. Bukankah hal ini sangat rancu?. padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mustahil berkata-kata dengan perkataan yang saling bertentangan, maka jelaslah bahwa hadits jabir ini bukanlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Jika kemudian sebagian orang berpendapat bahwa perkataan semacam ini telah menjadi hal yang selalu didengungkan di banyak pesantren di Indonesia ataupun luar negeri, maka kita katakan kepada mereka:
“sesungguhnya aturan agama bukan diambil dengan cara melihat banyaknya suara, juga bukan berasal dari akal-akalan, akan tetapi berdasarkan al-Qur’an dan hadits”.

Jika sudah jelas bahwa fatwa yang mengatakan bahwa nur Muhammad bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits yang shahih, apakah masih berani orang yang mengaku beriman pada Allah dan Rasulnya untuk tetap berpegang teguh dengan fatwa semacam ini?.hasbunallah.

Dan al-imam ‘Abdurrazzaq tidak pernah meriwayatkan hadits jabir ini di mushannaf yang beliau karang, silahkan mereka yang beranggapan bahwa beliau meriwayatkannya dalam mushannaf tersebut untuk membuktikan dengan kedua mata mereka sendiri, pasti tidak akan mereka temukan.
Bahkan al-imam ‘Abdurrazzaq dengan sangat jelas menyebutkan bahwa makhluk pertama adalah yang bernama air lalu ‘Arsy, sebagaimana beliau sebutkan dalam kitab tafsirnya.

Kalaupun ada segelintir orang yang dianggap ulama kemudian meriwayatkan hadits ini, maka sesungguhnya mereka bukanlah seorang hafidh, bahkan mereka tidak mencapai derajat muhaddits.
Wahai saudaraku seiman seislam, letakkanlah aturan Islam di depan mata kita, agar senantiasa kita bisa menimbang setiap hal yang akan kita ucapkan, lakukan dan yakini. Hal ini semata-mata agar kita selamat dari kesesatan hingga maut menjelang, dan agar kita mendapatkan ridla Allah subhanahu wa ta’ala.

sumber : Guru Mulia
Aqidah Ahlussunnah wal jama'ah : ALLAH ADA TANPA TEMPAT

0 komentar:

Posting Komentar